Nama Kudus Allah dan Yesus
Nama Kudus Allah dan Yesus
Oleh Yolanda Kalalo-Lawton
Salah satu ajaran yang menyusup di antara umat-umat Allah adalah ajaran ‘nama kudus’ dimana mereka mengajarkan bahwa menyebutkan nama Allah Bapa dan Yesus dengan benar, yaitu dalam bahasa Ibrani, adalah salah satu syarat keselataman. Pergerakan ini ada dalam berbagai bentuk, sebagian menolak diafiliasikan dengan kelompok “Nama Kudus”, tetapi persamaanya adalah: semua mengajarkan bahwa nama Allah dan Yesus yang digunakan oleh umat-umat Kristen dari berbagai bangsa sesuai dengan bahasa masing-masing yaitu Tuhan, Allah dan Yesus Kristus adalah nama-nama dewa orang kafir, maka nama Allah dan Yesus haruslah disebutkan dengan nama Ibrani mereka seperti Elohim, Yahweh (Yah) dan Yahusua atau Yehusua untuk Yesus. Jika tidak, maka anda tidak akan selamat. Apakah pernyataan ini benar? Apakah pernyataan ini sesuai dengan Alkitab?
Sebagai seorang Advent, kita mengakui bahwa Alkitab adalah sumber doktrin kita, dan kita juga mempercayai Roh Nubuat. Oleh sebab itu, saya mengajak anda untuk menyelidiki Alkitab dan Roh Nubuat tidak dengan persepsi dan asumsi tetapi sesuai dengan apa yang jelas tertulis. Kunci terpenting dalam mempelajari Alkitab dan Roh Nubuat adalah, biarkan ayat Alkitab dan Roh Nubuat menerangkan kalimatnya sendiri. Jangan pernah menjadikan apa yang tak jelas tertulis sebagai landasan suatu doktrin.
Mengapa Banyak Bahasa?
Mulanya seluruh manusia di bumi menggunakan satu bahasa (Kej. 11:1). Tapi Allah melihat bahwa satu bahasa tidak baik bagi manusia, sebab hal itu memudahkan manusia untuk bersatu dalam kejahatan melawan kehendak Allah (Kej. 11:6). Untuk mencegah pemberontakan di Menara Babel terulang kembali, Allah mengacaukan bahasa mereka (Kej. 11:7). Jadi bahasa-bahasa dunia lahir setelah Menara Babel dan Allah Sendiri-lah pencipta berbagai bahasa. Tentu saja Nuh tidak menggunakan bahasa Ibrani sebab bahasa Ibrani hanya khusus digunakan oleh bangsa Israel bertahun-tahun setelah Menara Babel.
Sebaliknya, Setan ingin mempersatukan dunia dengan maksud untuk melawan kehandak Allah. Langkah awal yang dilakukan-nya adalah, mempersatukan bahasa manusia: Seperti yang anda ketahui, bahwa bahasa Inggris adalah bahasa universal saat ini. Langkah berikut adalah mempersatukan pemerintahan bangsa-bangsa dunia dengan pembentukan badan Persatuan Bangsa Bangsa, Persatuan Eropa, dll. Berikut adalah contoh gambar gedung Pusat Uni Eropa di Brusel, yang merupakan fotokopi dari Menara Babel yang tidak rampung:
Langkah berikut adalah mempersatukan kepercayaan dunia dengan pembentukan perkumpulan Oikumene/Ekumenis, yang tujuan akhirnya adalah untuk menyembah allah Trinitas, yang tidak lain adalah Lusifer. Jadi, ide “persatuan” baik dalam bahasa, pemerintahan dan kepercayaan, bukan berasal dari Allah yang benar tetapi dari musuh-Nya. Lihat juga:
Penting diingat bahwa, Allah membuat satu bahasa menjadi berbagai bahasa, bukan sebaliknya.
Instruksi Yesus dan Hari Pantekosta
Kita telah mempelajari di atas bahwa Allah-lah pengerang bahasa-bahasa dunia, dan adalah maksud Allah bagi dunia untuk menggunakan bahasa mereka masing-masing. Jika nama Allah harus disebut dalam bahasa asli Alkitab, maka Alkitab secara keseluruhan haruslah juga dibaca dalam bahasa asli, tidak boleh diterjemahkan. Hal inilah yang dilakukan oleh saudara-saudara kita kaum Muslim. Al-Qur’an tidak disebut sebagai Kitab Suci jika sudah diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain. Tetapi selain hal ini tidak Alkitabiah, ini juga bertentangan dengan instruksi yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya, bahwa mereka harus pergi ke seluruh pelosok bumi untuk mengajarkan Injil kepada semua bangsa (Mat. 28:19, Luk. 24:47) dan segala makhluk (Mar. 16:16). Yesus tidak mengatakan untuk membaptiskan dengan menggunakan nama Ibrani-Nya.
Bahkan pada hari Pantekosta, Yesus mengirim Roh Kudus dalam bentuk lidah-lidah api (Kisah 2:3). Kenapa nyala api itu berbentuk lidah? Alkitab menjawab bahwa para murid diberi karunia lidah atau kemampuan bahasa agar mereka dapat menyebarkan Injil dan membaptiskan setiap orang yang percaya, sesuai dengan bahasa mereka masing-masing. Sejak hari Pantekosta, hal itulah yang terjadi (Kisah 2:4).
Sejak hari Pantekosta, para murid mangabar Injil dan membaptis dalam nama “Iesous” dalam bahasa Gerika (yang diterjemahkan Jesus dalam Alkitab bahasa Inggris King James Version dan Yesus dalam bahasa Indonesia). Instruksi Yesus ini ditulis dalam Perjanjian Baru, yang diterjemahkan dari naskah Gerika “Septuagint”.
Lukas, penulis Injil Lukas dan buku Kisah Rasul-Rasul, bukan seorang Yahudi. Lukas adalah seorang dokter dan salah seorang teman kerja Rasul Paulus dalam pengabaran Injil. Dalam Kolose 4:10-11 Paulus menyebut bahwa hanya tiga temannya yaitu: Aristarkhus, Markus dan Yustus (Yesus) yang bersunat, yang menyatakan bahwa mereka adalah orang Yahudi. Dalam Kolose 4:14, Dokter Lukas dan Demas disebutkan tapi tidak disebut sebagai orang yang bersunat/orang Yahudi. Jadi, hal yang pasti kita ketahui bahwa Lukas tidak menggunakan nama Ibrani Yesus dalam menuliskan Injil Lukas dan Kisah Rasul-Rasul. Bahkan seluruh Alkitab Perjanjian Baru ditulis dalam Bahasa Gerika yang hingga saat ini naskah aslinya masih ada, dikenal dengan “Septuagint” (hal ini akan dibahas selanjutnya).
Pada zaman itu, bangsa Yahudi tidak lagi berbicara dalam satu bahasa saja sebab telah bertahun-tahun mereka tersebar di antara bangsa-bangsa sekitarnya. Setiap tahun, sesuai dengan tradisi, mereka berkunjung ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Yahudi. Untuk maksud itulah, Roh Kudus mengirimkan karunia lidah, yang dilambangkan dengan lidah-lidah api untuk menyanggupkan para murid berbicara dalam berbagai bahasa (Kisah 2:5) agar mereka dapat dimengerti oleh semua orang yang berdatangan dari berbagai bahasa dan bangsa seperti Partia, Media, Pontus, Mesir, Arab, Libia, Mesopotamia, Yudea, Asia dll (Kisah 2:8-12).
Roh Nubuat dan Nama Kudus
Ny. White yang dipercaya oleh umat-umat Advent sebagai pesuruh Allah, dalam tulisan-tulisan beliau, menyebutkan nama God/Allah lebih dari 232,000 kali, nama Jesus/Yesus lebih dari 64,000 kali, dan kata Lord/Tuhan lebih dari 110,000 kali.
Bila ajaran kelompok Nama Kudus benar bahwa nama “God/Allah” dan “Jesus/Yesus” dan Lord/Tuhan sama dengan kekafiran, tentu saja Yesus tidak akan membiarkan Ny. White menuliskan nama-nama tersebut satu kali-pun! Ny. White berkebangsaan Amerika, hanya dapat berbicara dan mengerti bahasa Inggris. Dalam buku-buku beliau, jelas, bahwa beliau menerima penglihatan dan instruksi dalam bahasa Inggris. Tidak satupun instruksi beliau mengatakan bahwa kita harus mengeja nama Allah dalam bahasa Ibrani, tidak satupun kalimat mengatakan bahwa penyebutan nama Allah dengan benar adalah salah satu syarat keselamatan.
Benar bahwa Ny. White juga menggunakan nama “Jehovah”, tapi beliau menyebut nama itu secara bergantian dengan nama Lord God/Tuhan Allah dan Jesus Christ/Yesus Kristus. Bahkan “Lord God” dan “Jesus” jauh lebih sering beliau gunakan daripada nama “Jehovah”.
Prinsip Dasar Gereja MAHK dan Nama Kudus.
Para pionir Gereja Advent juga menggunakan nama Allah (God), Tuhan (Lord) dan Yesus (Jesus) dalam setiap tulisan mereka dan tulisan-tulisan yang diterbitkan, sejak berdirinya gereja MAHK, termasuk dalam Pernyataan resmi Prinsip-Prinsip Iman Dasar Gereja MAHK mula-mula.
Alkitab Perjanjian Baru dan Nama Kudus
Ada sekitar 6.000 naskah Gerika asli dari Perjanjian Baru (Septuagint) yang terdiri lebih dari 2.400.000 halaman yang ditemukan, sekarang tersimpan rapi dalam katalog sebagai bukti kebenaran Alkitab Perjanjian Baru. Naskah-naskah tersebut adalah bukti yang tidak dapat disangkal. Sebagai tambahan dari naskah-naskah asli tersebut, ada sekitar 1.000.000 kutipan-kutipan Perjanjian Baru yang ditulis oleh para bapa Gereja mula-mula pada abad yang sama. Jika kedua saksi tersebut tidak cukup sebagai bukti bagi anda, ada lebih dari 20.000 naskah tulisan tangan Perjanjian Baru, yang diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain seperti Bahasa Siria, Etiopia, Armenia, Latin dll. Terjemahan-terjemahan ini adalah salinan langsung dari Naskah Gerika asli Perjanjian Baru (Septuagint), dan tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Intinya adalah, naskah asli Gerika Perjanjian Baru (Septuagint) adalah Firman Tuhan yang dapat dipercaya, dibuktikan oleh penemuan-penemuan arkeologi dan banyak saksi, dimana naskah-naskah ini menggunakan nama Kurios/Tuhan, Theos/Allah dan Iesous/Yesus sebagai nama yang mengacu pada Tuhan Allah dan Yesus. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah otoritas dari kelompok “Nama Kudus” bahwa nama Allah haruslah disebut dalam bahasa Ibrani? Tidakkah ajaran kelompok ini menginjak-injak kredibiliatas seluruh Alkitab Perjanjian Baru? Tidak ada bukti terpercaya bahwa Perjanjian Baru ditulis dalam Bahasa Ibrani.
Di sinilah letak bahayanya pergerakan Nama Kudus ini. Sengaja atau tidak, mereka menyerang dan menolak seluruh Perjanjian Baru sebagai Firman Allah, dengan mengutip beberapa ayat Perjanjian Lama yang tidak jelas, dan mengalihkan satu-satunya jalan keselamatan kepada hasil perbuatan mereka.
“Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Yohanes 14:6.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Yohanes 3:16.
Iman kepada Anak Allah adalah satu-satunya syarat/jalan keselamatan. Bukan pegejaan nama Ibrani. Jika anda berpikir bahwa ayat-ayat di atas tidak cukup bagi anda untuk mendapatkan keselamatan, maka anda sebenarnya tidak beriman sama sekali. Menambahkan doktrin lain sebagai syarat keselamatan, adalah bertentangan dengan doktrin Alkitab-Pembenaran Oleh Iman.
Berikut adalah sebagian kecil dari situs-situs arkeologi yang dapat anda bandingkan dan teliti sendiri sebagai bukti bahwa Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang benar:
https://www.biblicalarchaeology.org/category/archaeology-today/
https://www.bl.uk/collection-guides/greek-manuscripts
https://archive.org/details/newtestamentinor01west
Nama Allah dalam Perjanjian Lama
1. El, ELOAH (H433) = Sangat kuat, berkuasa dan terkemuka (Neh. 9:17; Maz. 139:19). EL berarti “kuasa” dan “kuat” (Kej. 31:29). EL berhubungn dengan kualitas, seperti integritas (Bil. 23:19), kecemburuan (Ul. 5:9), dan perasaan iba (Neh. 9:31).
2. ELOHIM: Allah sebagai “Pencipta, Berkuasa dan Kuat” (Kej. 17:7; Yer. 31:33) – Bentuk jamak dari Eloah.
3. EL SHADDAI: Tuhan Yang Mahakuasa (Kej. 49:24; Maz. 132:2,5).
4. ADONAI: Tuhan (Kej. 15:2; Hak. 6:15) – digunakan sebagai pengganti YHWH, yang dinyatakan oleh bangsa Yahudi sebagai suatu nama yang paling kudus, orang berdosa tidak dianjurkan untuk menyebut nama ini
5. YHWH/YAHWEH/JEHOVAH: Tuhan (Kel. 6:4; Dan. 9:14) – Nama ini diberikan kepada Musa “I Am Who I Am” (Kel. 3:14). Nama pribadi Allah, dan khususnya menggambarkan kehadiran langsung dari Allah, atau dekat dengan siapa yang membutuhkan keselamatan (Maz. 107:13), pengampunan (Maz. 25:11) dan petunjuk (Maz. 31:3).
6. YAHWEH-JIREH: Tuhan akan menyediakan (Kej. 22:14).
7. YAHWEH-RAPHA: Tuhan yang meyembuhkan (Kej. 15:26).
8. YAHWEH-NISSI: Tuhan adalah panji-panji (Kel. 17:15).
9. YAHWEH-M’KADDESH: Tuhan Yang Berkorban, Membuat Kudus (Im. 20:8; Yeh. 37:28).
10. YAHWEH-SHALOM: Tuhan Pendamai Kami (Hab. 6:24).
11. YAHWEH-ELOHIM: Tuhan Allah (Kej. 2:4; Maz. 59:5).
12. YAHWEH-TSIDKENU: Tuhan Kebenaran Kita (Yer. 33:16).
13. YAHWEH-ROHI: Tuhan Gembala kita (Maz. 23:1).
14. YAHWEH-SABAOTH: Mahakuat Pelindung Israel, Tuhan Semesta alam (Yes. 1:24; Maz. 46:7).
15. EL ELYON: Mahatinggi (Ul. 26:19).
16. EL ROI: Tuhan Yang Melihat (segala sesuatu) (Kej. 16:13).
17. EL-OLAM: Allah Yang Kekal (Maz. 90:1-3).
18. EL-GIBHOR: Allah Yang Mahakuasa/Perkasa (Yes. 9:6).
Seperti yang dapat anda lihat di atas, Alkitab mencatat bahwa Allah disebut sesuai dengan karakter-Nya oleh hamba-hamba-Nya. Tidak ada satu ayat-pun yang menyarankan bahwa Tuhan haruslah disebut dengan satu nama tertentu saja, apakah itu “Yehovah” atau “Elohim”. Bahkan menurut kepercayaan dan tradisi bangsa Israel, nama YHVH dianggap sangat kudus, manusia tidak dapat menulis dan menyebut nama ini.
Tetagramaton YHWH/YHVH
Tidak dapat disangkal bahwa nama pribadi Allah yang sering digunakan adalah YHWH yang aslinya dieja YWVH, disebut tetagramaton, yang berarti empat huruf, terdiri dari Yod, Hey, Vav, Hey. Nama ini diberikan kepada Musa, yang arti lengkapnya adalah Ehyeh Asher Ehyeh – yang diterjemahkan AKU ADALAH AKU dalam bahasa Indonesia (Keluaran 3:14). Dalam bahasa Ibrani Ehyeh berarti “Aku akan.” Bila bangsa Israel mengacu pada Allah sebagai orang ketiga, mereka menggunakan “Yahveh” yang berarti “Dia akan” bukan “Ehyeh/Aku akan” (Gerald H. Wilson, Psalms Volume 1, hal. 210).
Tapi nama ini bukanlah jimat ajaib yang harus dieja dengan tepat untuk menarik perhatian-Nya dalam doa-doa kita. Dalam tradisi Ibrani, nama melambangkan karakter sebagai hal yang penting dari seseorang. Ketika Musa menanyakan nama-Nya, Allah menjawab Musa dari dalam belukar yang bernyala: “Ehyeh Asher Ahyeh,” tapi Dia tidak menerangkan bagaimana cara mengeja setiap huruf dari nama-Nya agar Musa dan bangsa Israel mengeja nama-Nya dengan benar. Dia kemudian menyatakan karakter-Nya, menunjukkan apa kehendak-Nya:
“Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat." Keluaran 34:6-7.
Kata TUHAN diterjemahkan dari kata Ibrani YHVH. Dalam ayat ini, Allah menyatakan nama-Nya sebagai Allah yang memberi janji kepada bangsa Israel. YWVH – Dia akan: selalu sama, selalu benar, selalu kudus, selalu setia kepada mereka yang menurut hukum-Nya.
“Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.” Keluaran 3:15.
Perhatikan bahwa ayat di atas menyebutkan dengan jelas Nama-Nya sehubungan dengan apa yang akan dilakukan-Nya. Nama inilah yang Dia inginkan agar kita kenal untuk selama-lamanya. Bukan pengejaan atau penyebutan huruf dengan benar.
Dalam buku Yeremia, Allah memberi nama-Nya kepada Putera Daud yang akan lahir, yaitu Mesias dan kepada kota Yerusalem:
“Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN--keadilan kita (YHVH Tsidkeinu).”. Yeremia 23:5-6 (TB).
“Pada waktu itu Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram. Dan dengan nama inilah ia akan dipanggil: TUHAN keadilan kita! (YHVH Tzidkeinu)” Yeremia 33:16 (Terjemahan KJV).
Baik Mesias, Daud dan Yerusalem, ketiganya seharusnya menyandang satu nama keluarga yang diberikan Allah, yaitu YHVH Tzidkeinu.
Jehovah atau Yahweh?
Hukum ketiga dari 10 Hukum tertulis: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.” Keluaran 20:7. Dalam konteks ini, para ahli Taurat Yahudi abad ke 6-10 Masehi yang disebut “The Masoretes,” mengganti Tetagramaton dengan kata “Adonai” dan menuliskannya di bawah YHVH (ini disebut Qere yang berarti cara baca sebagai lawan dari Ketiv yang berarti cara penulisan). Jadi, Kitab Ibrani berisi penulisan Ketiv tapi menggunakan huruf vokal Qere, sehingga menuntun kepada pengejaan yang tidak benar akan nama “Jehovah.”
Oleh para ahli Taurat Yahudi kemudian, mengasumsi bahwa “The Masoretes” membalik huruf-huruf vokal dalam kata Adonai, jadi ahli-ahli yang muncul kemudian ini mencoba memperbaiki pengejaannya dengan kata “Yahoveh” atau “Yahveh.” Tetapi ejaan ini juga tidak tepat walaupun memang huruf pertama “Yah” adalah bagian dari ejaan asli (seperti yang tertulis dalam Mazmur 68:4, Yesaya 26:4). Perlu diperhatikan bahwa “Yahweh” adalah ejaan yang tidak tepat sebab tidak ada bunyi huruf “w” dalam bahasa Ibrani.
Dalam terjemahan bahasa Inggris, nama Jehovah diciptakan oleh Gereja Katolik di abad pertengahan. Kata ini berdasarkan salah pengertian dari ayat-ayat Ibrani Moseratik, dimana huruf vokal a-o-ai (dalam kata “Adonai”) dicetak bersama huruf-huruf konsonan Y-W-V-H untuk mengingatkan pembaca mengucapkan “Adonai” dan tidak mengucapkan nama kudus tetagramaton YHVH. Suku kata pertama “Je” dieja dengan “Ye” (dalam bahasa Jerman). Huruf vokal pertama (sheva) dalam Adonai dibaca “eiy”.
“Jehovah” digunakan 7 kali dalam Alkitab King James Version (KJV) yaitu di Kejadian 22:14; Keluaran 6:3; 17:15; Hakim-hakim 6:24; Mazmur 83:18; Yesaya 12:2; 26:4 dan ditemukan di banyak lagu-lagu pujian yang lama. Tetapi pengucapan ini tidak asli sebagai ejaan nama Allah (Untuk informasi selanjutnya, lihat Ensiklopedia Judaika, Vol. 7, kol. 680 dan “God Names of” dalam International Standard Bible Encylclopedia (edisi 1982), 2:504-09, 506-07).
Elohim
Kata Elohim adalah jamak dari El atau kemungkinan besar kata Eloah. Elohim adalah nama Allah yang pertama kali ditulis dalam Tanakh (Kitab Suci Ibrani), yang terdapat dalam Kejadian 1:1. Kata Elohim mempunyai sifat unik dalam kepercayaan dan tradisi bangsa Yahudi. Walau kata ini adalah jamak maskulin (laki-laki), tetapi kata ini selalu berarti tunggal maskulin apabila bangsa Israel membicarakan tentang Allah yang benar yang mereka percayai.
Namun demikian, kata Elohim dalam Alkitab Perjanjian Lama, tidak selamanya digunakan untuk menyebutkan Allah Israel yang benar, tetapi digunakan juga untuk menyebutkan keagungan dari seseorang seperti Musa, Abraham, para hakim Israel, bahkan para allah bangsa-bangsa kafir. Simaklah ayat-ayat berikut:
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku telah mengangkat engkau sebagai allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.” Keluaran 7:1 (Diterjemahkan dari KJV).
“"Dengarlah kepada kami, tuanku. Tuanku ini seorang raja agung di tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah isterimu yang mati itu dalam kuburan kami yang terpilih, tidak akan ada seorangpun dari kami yang menolak menyediakan kuburannya bagimu untuk menguburkan isterimu yang mati itu."” Kejadian 23:6.
Kata-kata allah dan agung dalam kedua ayat di atas, diterjemahkan dari kata Ibrani elohim (H430). Allah Sendiri mengangkat Musa menjadi elohim bagi Firaun, dan orang-orang Het, menyebut Abraham sebagai raja elohim mereka.
“Maka sekarang, kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?” Kejadian 31:30.
“Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.” Kejadian 35:2.
“Janganlah kamu membuat di samping-Ku allah perak, juga allah emas janganlah kamu buat bagimu.” Keluaran 20:23.
Kata-kata dewa-dewa dan allah dalam ayat-ayat di atas, berasal dari kata Ibrani elohim (H430). Jelas bahwa dewa-dewa asing juga disebut dengan nama Elohim.
“Maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap hakim-hakim, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.” Keluaran 21:6 (diterjemahkan dari KJV).
Kata hakim-hakim dalam ayat di atas berasal dari kata Ibrani elohim (H430). Yang dalam Alkitab King James Version diterjemahkan sebagai “judges.” Alkitab Indonesia tidak menerjemahkan ayat di atas dengan tepat sebab TB menggunakan kata Allah dengan huruf besar, sementara bahasa asli Ibrani adalah elohim yang berarti hakim-hakim sesuai konteksnya.
Hashem - Nama
Sebab bahasa Ibrani kuno tidak ada tanda-tanda huruf vokal, ejaan yang benar dari nama kudus sebenarnya tidak diketahui. Pada zaman bangsa Israel kuno, hanya Imam Besar-lah yang dapat menyebut nama kudus (tetagramaton) pada tempat dan waktu tertentu, yaitu pada Hari Grafirat atau Hari Pendamaian yang dilakukan dalam Kaabah (sesuai yang tertulis dalam Kitab Ibrani, Yoma 39b).
Adalah tradisi bangsa Yahudi untuk tidak mengutarakan nama kudus tetagramaton, tapi mereka menggantinya dengan kata “Adonai” (The Lord/Tuhan) apabila mereka membaca Tanakh (Kitab Suci Yahudi) mereka. Jika mereka tidak sedang membaca Tanakh, mereka hanya menyebut Dia dengan “Hashem” yang berarti “Nama.” Jadi, bangsa Yahudi tidak mengutarakan nama tetamagraton dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Nama Yeshua (Yesus)
Kita telah mempelajari bahwa nama yang benar Allah bukanlah soal bagaimana mengeja nama-Nya dengan tepat, tetapi soal pekerjaan dan karakter-Nya. Begitu juga dengan nama Yesus. Lebih dari 100 nama Yesus yang terdapat dalam Alkitab, tidak satu ayat-pun yang mengatakan bahwa nama Yesus harus dieja dalam bahasa Ibrani (Lihat referensi tambahan di akhir artikel ini).
Beberapa penulis moderen mengatakan bahwa nama Yeshua berarti “keselamatan”. Tapi sebenarnya nama Yeshua berarti “Tuhan Penyelamat.” Kata Ibrani untuk keselamatan dieja dengan huruf “h” di belakang, yaitu yeshuah.
Beberapa kelompok Nama Kudus mengeja nama Yesus dalam bahasa Ibrani (dimana bahasa ini bukan bahasa mereka sendiri), dengan ejaan Yahshua atau Yahushua. Pengejaan ini tidak berdasarkan bukti-bukti Alkitab dan menurut ahli bahasa Ibrani, pengejaan nama ini adalah pengejaan yang salah. Tanda-tanda huruf vokal Moseratik tzeirei yang digunakan dalam nama “Yeshua” dalam Kitab Suci Ibrani dan huruf vokal bahasa Gerika eta dalam Septuagint (naskah Gerika Perjanjian Baru) membuktikan bahwa pengejaan kuno suku kata pertama dari nama tersebut adalah “Yay” bukan “Yah”
Gnostisisme, Teosofi dan Nama Kudus
Walau fakta mengatakan bahwa tradisi dan ilmu bahasa dari bangsa Yahudi tidak sesuai dengan ajaran kelompok Nama Kudus, tapi tetap ada juga yang bersikeras mengaku bahwa mereka lebih ‘mengerti’ ejaan nama kudus Ibrani daripada bangsa Yahudi sendiri. Contohnya, beberapa dari mereka menggunakan huruf “w” untuk menyebut nama kudus, dengan demikian mengganti suku kata “vav” dalam nama kudus asli Ibrani. Tentu saja praktek ini tidak berdasarkan ilmu bahasa Ibrani dan tidak berdasarkan Kitab Taurat Musa.
Aliran Gnostik yang doktrinnya didasarkan atas ajaran seorang filsuf Yunani bernama Plato, juga menggunakan nama-nama kudus seperti Elohim dan Jehovah sebagai nama-nama keramat/kudus. Sekitar 3-4 abad pertama ketika gereja Kristen mula-mula sedang berkembang, ajaran Gnostik ini juga ikut berkembang dan dianggap sebagai ajaran sesat oleh umat-umat Kristen yang benar, sebab konsep kemistikannya. Lihat: https://gnosticteachings.org/books-by-samael-aun-weor/the-major-mysteries/479-jehovah-lucifer-christ.html
Menurut ajaran Teosofi yang diajarkan dalam kelompok rahasia Masonik, Kabalah, dan Gnostik, Jehovah tidak lain adalah nama keramat yang membentuk simbol Lusifer. Berikut adalah kutipan-kutipan dari alkitab mereka:
“Nama Setan yang sebenarnya, menurut para Kabalis, adalah Yahweh (Allah) dibaca terbalik; sebab Satan bukanlah seorang allah yang gelap, tapi seorang penyangkal Allah. Untuk para calon anggota, ini bukanlah seorang pribadi, tapi sebuah kekuatan…” (Albert Pike, Morals and Dogma, Hal. 102).
“Jehovah – secara esoterik (sebagai Elohim) – adalah juga si Ular dan Naga yang menggoda Hawa, dan “Naga” adalah simbol terbang kuno dari “Sinar Astral” (Prinsip Zaman Purba), “yaitu kebijakan dalam kerusuhan.” (Blavatsky, The Secret Doctrine, Hal. 73).
“Oleh sebab itu, Jehovah disebut oleh para penganut Gnostik sebagai Pencipta dari, dan satu dengan Ofiomorfos, si Ular, Setan, atau si Jahat itu…” (Blavatsky, The Secret Doctrine Vol. 2, Hal. 390).
Keterangan/Terjemahan Gambar:
Baris 1. Nama Allah “Jahweh” dalam huruf-huruf Ibrani.
Baris 2. Ditulis dari belakang.
Baris 3. Ditulis terbalik.
Baris 4. Ditulis bersambung (tanpa spasi).
Baris 5. Menjadi nama “Allah” dalam bahasa Arab.
Sesuai dengan bukti-bukti di atas, doktrin yang diajarkan oleh kelompok yang percaya bahwa nama Allah harus disebutkan dengan ejaan tertentu, tidak lain adalah kebangkitan dari doktrin mistik kuno Gnostisisme yang mengaku Kristen tapi dalamnya mengajarkan ajaran esoterik Teosofi yang terang-terangan menyembah Lusifer. Mereka begitu mementingkan pengejaan nama keramat sebagai “abrakadabra” atau mantra sebagai jalan keselamatan daripada menerima karakter dan kehadiran Roh Kudus Allah Sendiri dalam hati (Kolose 1:27).
Referensi tambahan:
http://www.whiteestate.org/search/search.asp
https://www.gotquestions.org/names-of-God.html
https://bibleresources.org/names-of-jesus/.
http://www.hebrew-streams.org/works/hebrew/hashem.html