Tujuan saya menanggapi video ini adalah semata-mata untuk ‘mencari kebenaran,” tidak untuk mengeritik pribadi dari pendeta bersangkutan. Selamat belajar, Roh Kudus menuntun kita semua.
Pdt. Keni mengatakan bahwa Gereja-Gereja Kristen percaya pada doktrin Monoteisme (satu Allah) dan bukan Politeisme (banyak Allah).
Benar bahwa Gereja-Gereja Kristen terutama yang tergabung dalam ekumenis/oikumene, menyatakan bahwa mereka dipersatukan oleh doktrin Trinitas. Apakah doktrin Trinitas adalah benar-benar Monoteisme? Pertama-tama, marilah kita lihat definisi doktrin Trinitas dari beberapa Gereja Kristen.
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
“Ada satu Allah: Bapa, Anak, dan Roh Kudus, suatu kesatuan dari tiga Pribadi yang kekal. Allah itu abadi, Mahakuasa, Mahatahu, lebih dari segalanya, dan hadir di mana-mana. Allah itu tidak terbatas dan lebih dari pemahaman manusia, namun dikenal melalui pernyataan diriNya. Dia itu layak disembah, dipuja dan dilayani selama-lamanya oleh segenap ciptaan. (Ul. 6:4; Mat.28:19; 2 Kor. 13:14; Ef. 4:4-6; 1 Ptr.1:2; 1 Tim. 1:17; Why. 14:7.)
“Dalam kesatuan dari ke-Allahan ada tiga pribadi-pribadi dari satu hakikat, kuasa dan kekal: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Bapa berasal dari yang tidak ada, tidak dilahirkan tidak berasal mula; Anak selamanya dilahirkan oleh Bapa; Roh Kudus selamanya berasal dari Bapa dan Anak.”
Inilah yang tertulis dalam urutan pertama pengakuan iman dari kedua gereja tersebut di atas:
“Ada satu Allah yang hidup dan benar, kekal, tanpa badan, bagian-bagian tubuh atau emosi-emosi; dari kuasa tak terhingga, bijaksana dan penuh kebaikan; Pencipta, dan Penjaga segala sesuatu baik yang terlihat dan tidak terlihat. Dan dalam kesatuan dari ke-Allahan ini ada tiga pribadi, dari satu hakikat, kuasa, dan kekal; Bapa, Anak, dan Roh Kudus.”
Dalam bahasa sederhana, doktrin Trinitas adalah: Satu Allah yang terdiri dari tiga pribadi/oknum ke-Allahan. Apa maksudnya? Simak pengakuan iman/kredo Athanasius:
Iman katolik yaitu: Kita menyembah satu Allah dalam Tritunggal dan Tritunggal dalam Satu; tanpa mencampur pribadi-pribadi, tanpa memisahkan hakikat. Sebab pribadi Bapa adalah lain; pribadi Putera adalah lain; pribadi Roh Kudus adalah lain; Karena hanya ada satu pribadi Bapa, satu Anak, dan satu Roh Kudus. Tetapi ke-Allahan Bapa, Putera dan Roh Kudus satu, dan sama dalam kemuliaan, dan kehormatan yang sama dan kekal. Sedemikian Bapa, demikian juga Putera dan demikian juga Roh Kudus. Bapa tidak diciptakan, Putera tidak diciptakan, dan Roh Kudus tidak diciptakan; Bapa tidak terhingga, Putera tidak terhingga, dan Roh Kudus tidak terhingga; Bapa adalah kekal, Putera adalah kekal dan Roh Kudus adalah kekal; meskipun demikian tidak ada tiga yang kekal tetapi satu yang kekal; tidak ada tiga yang tidak diciptakan dan yang tidak terhingga tetapi satu yang tidak diciptakan dan satu yang tidak terhingga. Demikian juga Bapa mahakuasa, Putera mahakuasa dan Roh Kudus mahakuasa; meskipun demikian tidak ada tiga yang mahakuasa tetapi satu yang mahakuasa. Demikian juga Bapa adalah Allah, Putera adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; meskipun demikian tidak ada tiga Allah tetapi satu Allah. Demikian juga Bapa adalah Tuhan, Putera adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan; meskipun demikian tidak ada tiga Tuhan tetapi satu Tuhan. Seperti kita diperintahkan oleh kebenaran kristen untuk menyebut setiap pribadi adalah Allah dan Tuhan, demikian juga kita dilarang oleh iman katolik untuk mengatakan ada tiga Allah dan Tuhan. Bapa tidak dijadikan siapapun dan tidak diciptakan dan tidak dilahirkan. Putera berasal dari Bapa, tidak dijadikan dan tidak diciptakan, tetapi dilahirkan. Roh Kudus adalah dari Bapa dan Putera; tidak dijadikan, tidak diciptakan dan tidak dilahirkan, tetapi keluar; maka ada satu Bapa, bukan tiga Bapa, satu Putera, bukan tiga Putera, dan satu Roh Kudus bukan tiga Roh Kudus. Dan dalam Tritunggal tidak ada yang lebih dahulu atau lebih kemudian, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, tetapi ketiga pribadi sama kekal dan sama sederajat; sehingga di segala tempat, seperti dinyatakan di atas, Tritunggal dalam kesatuan dan kesatuan dalam Tritunggal harus disembah.
Barangsiapa ingin diselamatkan harus demikian kepercayaannya mengenai Tritunggal. (The Athanasian Creed, dikutip dari Philip Schaff’s History of the Christian Church, Vol. 3, bagian 132, hal. 690-693).
Pdt. Keni menekankan bahwa fondasi keyakinan orang Yahudi adalah: Allah adalah Allah yang Esa. Kita berhutang pada orang Yahudi yang tetap mempertahankan konsep Monoteisme bahwa Allah adalah satu. Tidak heran ketika Yesus datang, mereka sangat sulit untuk menerima Yesus. Bagaimana mungkin ada Allah di surga dan sekarang ada Yesus di dunia.
Saya setuju bahwa dari zaman dulu sampai sekarang, bangsa Yahudi tidak pernah berubah dan tetap sebagai penganut Monoteisme yang benar. Namun, di sinilah letak kekeliruan Pdt. Keni dan semua pro-Trinitas. Adalah fakta bahwa bangsa Yahudi, sejak dulu sampai sekarang sangat anti Trinitas. Mereka mengaggap bahwa doktrin Trinitas adalah penyembahan ilah lain, yang menentang hukum 1-3 dalam 10 hukum.
Simak cuplikan pengalaman dari salah seorang pionir Gereja Advent, Mr. J.N. Loughborough:
“Kata Mr. Summerbell, “Seorang teman saya yang berada di sebuah rumah ibadat (Sinagog) di New York, bertanya pada Rabi untuk menerangkan kata ‘Elohim’. Seorang pendeta pro-Trinitas yang bediri di sampingnya menjawab, “O, itu memberi referensi kepada tiga Pribadi dalam Trinitas,’ seorang Yahudi melangkah maju dan berkata (bahwa) dia diharuskan untuk tidak menyebut kata itu lagi (kata Trinitas), atau mereka akan memaksanya meninggalkan rumah ibadat; dilarang menyebutkan nama allah yang asing dalam rumah ibadat tersebut.” (J.N. Loughborough, Review & Herald, 5 November 1861).
Ada banyak sumber yang dapat anda selidiki sendiri tentang bagaimana tanggapan bangsa Yahudi tentang doktrin Trinitas Kristen. Berikut ini hanyalah salah satu dari banyak sumber tersebut:
“Yudaisme mempertahankan bahwa meski kepecayaan-kepercayaan tertentu mungkin diizinkan bagi mereka yang bukan Yahudi, kepercayan-kepercayaan tersebut tidak diterima oleh orang-orang Yahudi. Teologi Kristen tentang Allah, adalah salah satu contoh dari kepercayaan yang sama sekali dilarang bagi orang-orang Yahudi, sesuai dengan Alkitab Ibrani, seperti sumber Alkitabiah yang didemonstrasikan berikut:
Ulangan 6:4:“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”
Keabsolutan dari Keesaan Allah
Perintah untuk percaya pada Allah yakni keabsolutan dari Keesaan Allah khusus diberikan kepada anak-anak Israel (bangsa Yahudi).
Konsep dalam ayat ini (Ulangan 6:4) bukan saja menyangkal kejamakan Allah, tetapi juga menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya eksistensi/keberadaan yang sejati.
Bangsa Yahudi sendiri menyatakan bahwa ajaran Trinitas sangat bertentangan dengan ajaran monoteisme Alkitab tentang keesaan Allah seperti tertulis dalam Ulangan 6:4. Ayat ini bagi mereka sama sekali bukan berarti jamak (sebagai kesatuan), tetapi berarti satu saja (seperti bilangan 1).
Bangsa Yahudi percaya bahwa Mesias adalah Anak Allah. Mereka tidak pernah percaya bahwa Mesias itu adalah Allah Anak seperti ajaran Trinitas. Masalah bangsa Yahudi adalah, mereka tidak percaya Yesus-lah sang Mesias yang mereka nanti-nantikan itu sebab Yesus datang sebagai seorang miskin dan tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
“Jika saja bangsa Yahudi menyelidiki Firman Allah seperti yang seharusnya, mereka dapat melihat bahwa Yesus dari Nasaret itulah Mesias. Tapi mereka menyelidik dengan kesombongan, ambisi yang cinta diri sebagai penuntun, dan mereka menemukan seorang Mesias yang sesuai dengan imaginasi mereka sendiri. Sebab itu ketika Penebus itu datang, seorang yang hina, dengan ajaran-Nya, merubah teori dan tradisi yang sudah lama mereka dirikan, mempersembahkan kebenaran yang seluruhnya berlawanan dengan praktek-praktek mereka, mereka berkata, siapakah penyerbu yang berani mengesampingkan otoritas kami? Kristus tidak datang seperti yang telah mereka harapkan; sebab itu mereka menolak untuk menerima-Nya, dan menyebut-Nya seorang pendusta dan penipu.” The Review and Herald March 26, 1901 paragraph 10 (Ellen G. White)
Pdt. Keni mengutip ayat-ayat berikut untuk membuktikan bahwa Tuhan adalah Esa (satu):
Keluaran 20:2-3,5: “(2) Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. (3) Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku..”
Beliau menerangkan bahwa kata ganti orang Aku adalah tunggal.
Ulangan 6:4:“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”
Yakobus 2:19:“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”
1 Korintus 8:4-6: “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa. (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi--dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian—(6) Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”
Saya setuju bahwa kata Aku adalah kata ganti orang tunggal dan bukan jamak.
Pdt. Keni menerangkan bahwa ada tiga oknum ke-Allahan, semuanya adalah Allah, tetapi tetap esa. Oknum Allah Bapa adalah Oknum pertama, Kristus sebagai oknum kedua, dan Roh Kudus sebagai oknum ketiga.
Khususnya Oknum Allah yang kedua yaitu Yesus Kristus, beliau menekankan bahwa Yesus sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Allah, dengan bukti ayat-ayat Alkitab berikut:
Matius 13:40-41: “(40) Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. (41) Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.”
Komentar Pdt. Keni: “Hanya pencipta yang dapat mengklaim bahwa malaikat-malaikat adalah kepunyaan-Nya.”
Saya setuju bahwa Yesus adalah Allah, Yesus adalah pencipta dari malaikat-malaikat dan segala sesuatu. Tetapi jika ayat di atas di baca dengan pikiran yang jujur dan terbuka, ayat di atas sama sekali tidak mengatakan bahwa Yesus menempatkan diri-Nya sebagai “Allah Anak” sesuai ajaran Trinitas. Yesus adalah “Anak Allah,” bukan “Allah Anak.” Dia adalah Allah dalam sifat dan kodrat atau hakikat. Sama seperti kita manusia yang lahir dari orang tua “manusia” kita, kita mewarisi sifat dan kodrat kemanusiaan, demikian juga Yesus, Anak lahir dari Allah Bapa, mewarisi sifat dan kodrat ke-Allahan. Ny. White menulis:
“Tuhan Yesus Kristus, Anak lahir Bapa yang tunggal, adalah benar-benar Allah dalam hal tak terbatas, tetapi bukan dalam kepribadian.” The Upward Look, p. 367.4 (Ellen G. White)
Alkitab menulis bahwa Yesus menyebut Bapa-Nya sebagai Allah-Nya, tetapi Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa Allah Bapa menyebut Anak sebagai Allah-Nya:
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?"* Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Matius 27:46 (Baca juga Markus 15:34).
“Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Yohanes 20:17
Perhatikan bahwa Yesus menyebut Bapa sebagai Allah-Nya. Bapa menyebut Yesus juga sebagai Allah dalam Ibrani 1:8, tetapi Bapa tidak pernah menyebut Yesus sebagai Allah-Nya! Inilah arti kutipan dari Roh Nubuat seperti di atas. Yesus adalah Allah dalam hal yang tak terhingga atau dalam kodrat-Nya, tetapi bukan Allah dalam pribadi.
Pdt. Keni melanjutkan bahwa Yesus mengampuni dosa (Markus 2:2-10), Yesus menghakimi (Matius 25:31), Yesus memerintah dunia ini (Matius 24:30; Markus 14:62), dan Yesus mengatakan bahwa Dia-lah “I am/ Aku” sebagai gelar nama Allah yang dipakai dalam Perjanjian Lama (Yohanes 8), dan Yesus disembah (Yohanes 20:28). Hal-hal ini membuktikan bahwa Dia adalah Allah.
Seperti yang saya sudah jelaskan sebelumnya, Alkitab dan Roh Nubuat memang mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah/Ilahi sebab Yesus mewarisi kodrat/hakikat Bapa kandung-Nya. Sama seperti saya mewarisi kodrat “kemanusiaan” Bapa saya. Tetapi saya dan Bapa saya adalah makhluk pribadi yang berbeda. Satu dan setara dalam kemanusiaan, tapi beda dalam umur, otoritas dan pribadi. Demikian juga Bapa dan Kristus mereka adalah satu dan setara dalam ke-Ilahian (secara kodrat) tapi beda dalam umur, otoritas dan pribadi.
Sebab Yesus adalah Anak lahir Allah sesuai kodrat Ilahi, tentu saja Dia patut menerima kehormatan dan penyembahan. Yesus mewarisi segala sesuatu yang dimiliki oleh Bapa-Nya:
Kristus menerima Hidup Bapa:
Yohanes 5:26: “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidupdalam diri-Nya sendiri.”
“Segala sesuatu diterima Kristus dari Bapa, tetapi Dia mengambilnya untuk diberikan. Jadi dalam pengadilan surgawi, dalam pelayanan-Nya untuk semua makhluk ciptaan: melalui Anak tercinta, hidup Bapa mengalir kepada semua; melalui Anak hidup itu kembali (kepada Bapa).” (EGW, DA 21.1, versi mobile app.)
Kristus mewarisi Nama Bapa:
“Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. (21) Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab nama-Ku ada di dalam dia.” Keluaran 23:20-21
Ayat di atas mengatakan bahwa utusan dari Allah Bapa adalah seorang malaikat, tetapi malaikat ini juga berkuasa untukmengampuni dosa. Malaikat ini bukan malaikat ciptaan tetapi penghulu malaikat surga yang bernama Mikhael, Kristus, Yesus, Bintang Fajar (Wahyu 22:16 KJV) dan banyak nama lainnya, di samping menyandang nama keluarga Bapa, yaitu Yehovah.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah, Alkitab dan Roh Nubuat tidak pernah menyebut predikat Allah Bapa sebagai malaikat. Malaikat berarti utusan Allah. Bapa adalah satu-satunya sumber dari segala sesuatu (1 Korintus 8”6). Dia tidak pernah diutus oleh siapapun, sebab Dia adalah satu-satunya Sang Pengutus.
Kristus diberikan otoritas/kuasa oleh Bapa:
“Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.” Yohanes 5:27
“Pencipta agung itu mengumpulkan bala tentra surgawi, agar Dia di hadapan semua malaikat dapat mengaruniakan kehormatan khusus ke atas Anak-Nya. Anak duduk di atas takhta bersama dengan Bapa, dan kelompok besar malaikat-malaikat suci surgawi berkumpul di sekitar mereka. Bapa kemudian mengumumkan bahwa sudah dinobatkan oleh Diri-Nya; bahwa Kristus, Anak-Nya, adalah sederajat dengan diri-Nya. Di mana saja Anak hadir, adalah sama dengan kehadiran Dia (Bapa). Firman Anak harus dipatuhi sesegera mungkin seperti Firman Bapa. Anak-Nya telah Dia lantik dengan otoritas untuk memerintah bala tentara surgawi. Terutama bahwa Anak-Nya akan bekerja sama dengan diri-Nya dalam penciptaan dunia yang diantisipasikan dan setiap makhluk hidup yang akan ada di atas dunia. Anak-Nya akan menjalankan kehendak dan maksud-maksud-Nya, tetapi tidak akan melakukan apapun oleh diri-Nya sendiri. Kehendak Bapa akan digenapi dalam Dia.” The Spirit of Prophecy, vol. 1, p. 17.2 (Ellen G. White)
Anak itu menerima kuasa yang sama dengan kuasa Bapa. Anak tidak melakukan kehendak sendiri, melainkan menjalankan kehendak Bapa. Anda tidak akan pernah mendapati dalam Alkitab dan Roh Nubuat yang mengajrkan hal yang sama tentang Bapa. Mengapa? Sebab Bapa adalah sumber segala sesuatu yang hidup (1 Kor. 8-6), termasuk sumber kehidupan Kristus (Yoh. 5:26). Bapa adalah sumber, Dia tidak bergantung atau menerima apapun dari siapapun.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, suasana dalam kutipan Roh Nubuat di atas, terjadi sebelum Adam diciptakan, yang berarti bahwa Kristus adalah Anak Allah sebelum penjelmaan-Nya di Betlehem. Hal ini sangat berlawanan dengan ajaran Trinitas. Menurut para teolog Trinitas, Kristus hanya disebut sebagai Anak Allah setelah kelahiran-Nya di Betlehem….hal yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab dan Roh Nubuat!
Kristus menerima kedudukan, Roh tak terbatas dan segala sesuatu dari Bapa:
“Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.” Yohanes 3:34-35.
“Allah adalah Bapa dari Kristus; Kristus adalah Anak dari Allah. Kepada Kristus telah diberikan kedudukan agung. Dia dijadikan sederajat dengan Bapa. Semua persidangan Allah terbuka bagi Anak-Nya.” Testimonies for the Church, vol. 8, p. 268.3 (Ellen G. White)
Pdt Keni berkata bahwa bukti lain bahwa Roh Kudus adalah Allah ialah: Hanya Roh Kudus yang memiliki gelar “kudus.” Dalam Perjanjian Lama, Allah menyatakan bahwa hanya “Allah yang kudus.” Gelar “kudus” adalah indikasi yang kuat bahwa Roh Kudus adalah Allah.
Kami, penganut non-Trinitas juga percaya bahwa Roh Kudus adalah Allah. Bedanya adalah, kepercayaan kami, seperti yang jelas tertulis dalam Alkitab, bahwa Roh Kudus adalah Allah sebab Dia adalah Roh Allah sendiri. Tetapi Dia bukan Allah Roh seperti ajaran Trinitas. Roh Allah menyatakan bahwa Allah memiliki Roh. Allah hidup karena ada Roh di dalam-Nya. Roh itu adalah kepribadian Allah sendiri, oleh sebab itu adalah mustahil mengajarkan bahwa Roh itu adalah oknum lain yang berbeda dengan Bapa sendiri.
“Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Kejadian 1:2
“Roh Allah telah membuat aku, dan nafasYang Mahakuasa membuat aku hidup.” Ayub 33:4
“Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” 1 Korintus 2:11
Perhatikan ayat-ayat di atas yang mengatakan bahwa Roh Allah adalah Roh milik Allah yang ada dalam diri-Nya sendiri, dan nafas hidup Allah sendiri, sama seperti roh manusia ada dalam diri manusia itu sendiri.
Sedangkan Trinitas mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Allah Roh, istilah dan konsep ini sama sekali tidak Alkitabiah, melainkan tafsiran manusia belaka. Trinitas percaya bahwa Roh Allah yang ditafsirkan sebagai Allah Roh adalah oknum terpisah atau berbeda dengan oknum Allah. Jadi, Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh adalah tiga oknum terpisah, dengan demikian Allah Bapa dan Allah Anak tidak memiliki Roh atau hanyalah benda mati. Bukankah Roh adalah hidup? Jika suatu oknum tidak ada roh, bagaimana bisa disebut oknum yang hidup?
“Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.” Roma 8:10.
Roh adalah hidup. Kristus adalah Roh itu. Kehadiran Roh Kudus sama saja dengan kehadiran pribadi Kristus dan Bapa.
Pdt Keni melanjutkan bahwa Roh Kudus itu terlibat dalam inkarnasi, aktif terlibat dalam pengurapan Yesus dalam baptisan. Allah berbicara, Roh Kudus turun dalam bentuk merpati. Instruksi untuk membaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, semua ini adalah bukti bahwa Roh Kudus adalah oknum Allah yang membutktikan ajaran Trinitas.
Tetapi kesimpulan Pdt. Keni hanyalah tafsiran manusia. Kita telah pelajari bahwa Alkitab menulis dengan jelas bahwa Roh Allah adalah pribadi dan hidup Allah sendiri, bukan oknum lain yang beda dengan diri-Nya.
Jika ajaran Trinitas benar, maka Allah Bapa bukan Bapa dari Anak dalam inkarnasi, sebab yang datang pada Maria bukan Allah Bapa, melainkan Roh Kudus:
“Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” Lukas 1:35.
Menurut Lukas, Roh Kuduslah yang turun atas Maria. Jika kita harus mengaplikasikan ajaran Trinitas yang mengajarkan bahwa Roh Kudus disebut Allah Roh yaitu seorang oknum lain yang bukan Bapa, dengan demikian Roh Kuduslah yang menjadi Bapa dari Kristus dan bukan Allah Bapa! Membingungkan? Tentu saja! Tapi inilah doktrin yang anda lebih percayai!
Roh Kudus memang terlibat dalam baptisan. Siapakah Roh Kudus itu yang datang menyerupai bentuk merpati?
“Sebelum Dia memasuki pelayanan publik-Nya, Kristus menerima baptisan di tangan Yohanes. Setelah baptisan-Nya Dia bertelut di tepi sungai Yordan, dan memanjatkan doa ke surga. Doa itu di dengar oleh Bapa, dan kemuliaan Allah, mengambil rupa seekor merpati, turun atas-Nya, dan suatu suara terdengar, mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang kekasih, dalam Dia Aku berkenan” Manuscript Releases, vol. 9 [Nos. 664-770], p. 233.2 (Ellen G. White)
“Sebelumnya tidak pernah para malaikat mendengar doa seperti yang dipanjatkan Kristus pada baptisan-Nya, dan mereka berhasrat untuk menjadi pembawa berita dari Bapa kepada Anak-Nya. Tapi, tidak! Langsung dari Bapa memancar terang kemuliaan. Langit terbuka, dan cahaya terang berhenti di atas Anak Allah dan mengambil bentuk seekor merpati, tampak seperti emas yang gemilang. Bentuk yang tampak seperti merpati itu adalah lambang dari kerendahan hati dan kelemah-lembutan Kristus. Sementara orang banyak berdiri terpesona dengan ketakjuban, mata mereka terpaku pada Kristus, dari langit yang terbuka itu datang kata-kata ini: “Inilah Anak-Ku yang kekasih, dalam Dia Aku berkenan.” The Review and Herald January 21, 1873 paragraph 5 (Ellen G. White)
Perhatikan, bahwa Roh Kudus yang tampak seperti burung merpati yang dicurahkan ke atas Kristus itu, bukan oknum lain, tetapi adalah kehadiran Allah Bapa sendiri dalam kemuliaan-Nya, yang melambangkan kerendahan hati Kristus. Inilah tafsiran yang sesuai dengan Firman Kristus yang Dia inspirasikan kepada Ny. White. Membuktikan bahwa tafsiran para teolog Trinitas adalah semata pekerjaan manusia.
Pdt. Keni mengutip Kisah 5:1-4 tentang Ananias dan Safira, yang mengatakan bahwa mereka mendustai Roh Kudus (Kisah 3). Tindakan mendustai Roh Kudus adalah mendustai Allah. Petrus menyamakan dusta kepada RK dengan dusta kepad Allah. Jadi dusta kepada Roh Kudus sama dengan dusta kepada Allah.
Saya setuju. Dusta kepada Roh Kudus sama dengan dusta kepada Allah sebab Roh Kudus itu adalah Roh Allah atau pribadi Allah. Roh inilah yang menyanggupkan Allah hadir di mana saja dan kapan saja (Omnipresence). Jika Roh Allah itu adalah oknum berbeda dari Allah seperti ajaran Trinitas, maka Allah Bapa dan Kristus sesuai teori mereka, tidak dapat hadir di mana-mana. Bagaimana Allah Bapa bisa hadir di mana saja dalam waktu yang bersamaan kalau Roh-Nya adalah oknum lain?
Jika anda membaca dengan pikiran yang jujur, kisah Ananias dan Safira dalam Kisah 5:1-4 memang menulis bahwa Roh Kudus adalah pribadi Allah dan dapat didukakan, tetapi tidak mengatakan bahwa Roh Kudus itu adalah pribadi berbeda dari Bapa dan Kristus yang disebut Allah Roh.
Pdt. Keni mengutip tulisan Ny. White dari manuskrip MS130, tahun 1901 yang mengatakan: “We need to realize that the Holy Spirit who is as much a person as God is a person, is walking through these grounds.” Dan mengambil kesimpulan bahwa kutipan ini adalah bukti lain bahwa Ny. White menyebut Roh Kudus sebagai seorang oknum.
Saya setuju bahwa Ny. White menyebut Roh Kudus sebagai seorang oknum, tapi beliau tidak pernah mengajarkan bahwa oknum Roh Kudus adalah oknum berbeda dari Bapa dan Anak. Beliau tidak pernah menggunakan istilah Allah Anak dan Allah Roh juga. Kutipan di atas adalah bukti lain yang disebut “menyalah-artikan” tulisan Roh Nubuat. Berikut adalah kutipan yang lengkap sesuai maksud sang penulis, Ny. White. Kutipan ini dikutip dari khotbah Ny. White saat beliau berada di Australia, dalam rangka pemilihan lokasi bangunan kampus sekolah yang akan dibangun:
“The Lord instructed us that this was the place in which we should locate, and we have had every reason to think that we are in the right place. We have been brought together as a school, and we need to realize that the Holy Spirit, who is as much a person as God is a person, is walking through these grounds, that the Lord God is our keeper, and helper. He hears every word we utter and knows every thought of the mind.— Manuscript 66, 1899, 4. (Talk, April 15, 1899). Released April 28, 1976.
Terjemahan: “Tuhan menginstruksikan kita bahwa di sini adalah tempat dimana kita harus berlokasi, dan kita memiliki semua alasan untuk berpikir bahwa kita berada di tempat yang tepat. Kita telah disatukan dalam satu sekolah, dan kita perlu menyadari bahwa Roh Kudus, seorang pribadi yang sama seperti Allah yang adalah seorang pribadi, sedang berjalan melalui halaman-halaman ini, sebab Tuhan Allah adalah Penjaga kita, dan Penolong. Dia mendengar setiap kata yang kita utarakan dan mengetahui setiap pikiran.” Manuskrip 66, tahun 1899, 4 (dicopy dari Talk, 15 April 1899).
Dari kutipan di atas sesuai konteksnya, kita membaca bahwa yang dimaksud oleh Ny. White dengan Roh Kudus adalah seorang pribadi sama seperti Allah, adalah, kehadiran Kristus itu sendiri sebagai Penjaga dan Penolong. Dan bukan pribadi atau oknum lain yang berbeda dengan Bapa dan Kristus.
Pdt. Keni: Nama Allah dalam Perjanjian Lama, yaitu Elohim menunjukkan bentuk jamak. Mengingatkan kita tentang the plurality of God (kejamakan Allah).
Mari kita simak apa sebenarnya pengertian dari kata Ibrani “Elohim.”
Dari Ensiklopedi Britannica, tertulis sebagai berikut:
“Elohim, kata tunggalnya Eloah, (Ibrani: Allah), Allah Israel dalam Perjanjian Lama. Jamak dari keagungan, istilah Elohim—walau kadang digunakan untuk ilah-ilah lain, seperti Kemosh, allah bangsa Moab, Astarte, allah bangsa Sidon, dan juga untuk makhluk-makhluk agung lain seperti malaikat-malaikat, raja-raja, hakim-hakim (Perjanjian Lama Shofetim), dan Mesias—biasanya digunakan dalam Perjanjian Lama hanya untuk Allah Israel yang esa, yang nama pribadi dinyatakan kepada Musa sebagai YHWH, atau Yahweh (q.v). Apabila mengacu pada Yahweh, elohim sering sekali diikuti oleh kata ha-, yang berarti, dalam kombinasi, “Allah,” dan kadang dengan identifikasi lebih lanjut Elohim hayyim, artinya “Allah yang Hidup.
Walau Elohim adalah bentuk jamak, bentuk ini dimengerti dalam arti tunggal. Oleh sebab itu, dalam (kitab) Kejadian kata-kata, “Pada mulanya Allah (Elohim) menciptakan langit dan bumi,” Elohim adalah monoteistik (Satu Allah) dalam pengertian, walaupun tata bahasanya tampak politeistik (banyak Allah). Bangsa Israel kemungkinan meminjam kata benda jamak bangsa Kanaan Elohim dan menjadikannya tunggal dalam artinya sesuai praktek pemujaan dan cerminam teologi mereka.”
Simak apa kata orang Yahudi sendiri, yang bahasa ibunya, tentang arti kata Elohim:
“Gugatan yang diajukan oleh rekanmu adalah salah satu dari argumen-argumen yang dikenal, yang digunakan oleh para misionaris untuk membela doktrin Trinitas, kredo/aturan gereja yang paling dijaga dan yang paling tidak dapat dipertahankan. Sangat sulit dibayangkan suatu doktrin yang lebih bertentangan dengan doktrin monoteisme yang tanpa kompromi itu yang dikhotbahkan dalam Kitab Suci bangsa Yahudi daripada gugatan orang Kristen bahwa ada kejamakan dalam kodrat ke-Ilahian Allah. Namun begitu, berbekal pengetahuan yang kerdil akan bahasa Ibrani, banyak penganut Trinitas dengan berani memperdebatkan bahwa nama Allah, seperti nampak di ayat pertama dalam Alkitab, “membuktikan” tiga pribadi berbeda dalam ke-Allahan.
Lebih khusus lagi, para misionaris itu menonjolkan bentuk jamak dari nama Allah dalam bahasa Ibrani אֶלהִים (Elohim), yang sering muncul dalam Taurat, untuk menyokong pernyataan mereka bahwa ada suatu persatuan majemuk dalam ke-Allahan. Mereka membantah bahwa penggunaan huruf Ibrani “ים” (yud dan mem, dieja “im”), adalah suatu akhiran jamak di akhir kata Elohim, menyediakan banyak bukti dari Tanach (Taurat) bahwa ada suatu kejamakan dalam kodrat Allah. Rekanmu bahkan melangkah lebih jauh dalam keganjilan ketika dia menyatakan bahwa ilmu kalimat (sintaksis) Ibrani entah bagaimana adalah menandakan “bentuk jamak dari tiga.”
Anda dapat pastikan bahwa bahasa Ibrani adalah suatu bahasa asing bagi rekanmu itu, dan bahwa anggapan-anggapannya adalah keliru. ….Komentarnya yang terakhir bahwa akhiran jamak dalam kata Elohim adalah bukti dari “suatu bentuk jamak dari tiga” khususnya, adalah mustahil, dan menggambarkan kehancuran dan keputus-asaan banyak penganut Trinitas yang ditunjukkan dalam usaha gegabah mereka untuk membela kredo asing dari gereja.
Adalah suatu kesalahan sangat besar menafsirkan bahwa nama Elohim menyatakan suatu kejamakan dalam ke-Allahan; sebab jika Elohim menandakan kejamakan dari orang-orang, bagaimana para misionaris dapat menerangkan bahwa kata yang sama Elohim dalam Taurat mengacu keapada Musa juga? Tentang Musa, Taurat berkata,
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (Elohim) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.” Keluaran 7:1.
Perhatikan bahwa kata Allah (Elohim) dalam Keluaran 7:1 mengacu pada Musa seorang saja. Tidak berarti bahwa Musa adalah kesatuan dari tiga oknum Musa, bukan? Nampak lucu, tetapi demikianlah ajaran misterius dari doktrin Trinitas.
Pdt. Keni: “Tiga oknum terlibat dalam penciptaan: Kejadian 1:1-3: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 1:3 Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.” Dalam Yoh. 1:1 Yesus adalah firman itu. Kata Roh Allah yang melayang-layang atau hovering dalam bahasa Inggeris. Kejadian 11:7: “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.”
Kita bisa melihat di sini kejamakan Allah tergambar dalam ayat ini.
Yesaya 6:8: “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku (kita)?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!”
Allah memperkenalkan diri sebagai tunggal dan plurality concept yaitu us.
Saya juga setuju bahwa Roh Kudus terlibat dalam penciptaan. Tetapi menurut ayat-ayat yang digunakan di atas, tidak satupun mengatakan bahwa Roh Kudus itu adalah pribadi ketiga yang berbeda dengan Bapa dan Kristus. Berikut adalah komentar Ny. White tentang penciptaan dalam Kejadian 1:
“Setelah bumi diciptakan, dan binatang-binatang di atasnya, Bapa dan Anakmelanjutkan maksud mereka, yang telah direncakanan sebelum kejatuhan Setan, untuk menciptakan manusia dalam rupa mereka. Mereka bekerja bersama dalam penciptaan bumi dan segala sesuatu yang hidup di atasnya. Dan kemudian Allah berkata kepada Anak-Nya, “Marilah kita menjadikan manusia dalam rupa kita.” The Spirit of Prophecy, vol. 1, Hal. 24.2 (Ellen G. White)
Perhatikan bahwa kata jamak “kita” dalam buku Kejadian menurut tulisan inspirasi di atas, bukan berarti tiga oknum, tetapi hanya dua oknum, yaitu Bapa dan Anak saja yang sedang berdiskusi. Bukan tiga makhluk! Bukankah Roh Kudus juga terlibat? Betul. Tetapi menurut Alkitab dan Roh Nubuat, Roh Kudus adalah hidup dan pribadi dan kuasa milik Bapa dalam diri-Nya, oleh sebab itu Roh itu tidak pernah diajarkan sebagai oknum lain yang beda dengan Bapa. Bertentangan dengan ajaran Trinitas: 3 oknum = 1 Allah. Bagaimana mungkin? Rahasia adalah kunci jawaban mereka!
Pdt Keni: Kata Echad dalam Ulangan 6:4 adalah kata yang menunjukkan tunggal tapi terdiri dari kemajemukan. Kata lain yang bisa berarti satu anak adalah Yachid.
Contoh penggunaan kata Echad yaitu Kejadian 2:24 “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”
Kata satu di sini adalah echad, dua orang tapi disebut satu.
Contoh lain Bilangan 13:23: “Ketika mereka sampai ke lembah Eskol, dipotong merekalah di sana suatu cabang dengan setandan buah anggurnya, lalu berdualah mereka menggandarnya; juga mereka membawa beberapa buah delima dan buah ara.”
Satu tandan terdiri dari banyak buah.
Pdt. Keni juga mengutip Amsal 30:4: “Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!”
Ayat ini terlihat kejamakan dari Trinitas.
Untuk informasi terperinci tentang kata-kata Ibrani Echad dan Yachid, silahkan klik di sini:
Pdt. Keni: Yesaya 9:6: “(9-5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”
Dalam hal ini Yesus disebut Allah yang perkasa, Bapa kekal dll.
Yesus disebut Allah yang Perkasa (mighty – bukan Almighty) sebab Dia adalah Ilahi dan Dia adalah Perkasa. Tetapi Yesaya tidak menyebut Kristus sebagai Allah Anak seperti ajaran Trinitas.
Yesus disebut Bapa yang Kekal sebab Dia adalah Bapa dari semua manusia, Dia adalah Adam yang terakhir (1 Kor. 15:45). Sebagaimana Adam (manusia) pertama adalah Bapa dari anak manusia dalam daging, demikian pula Adam terakhir adalah Bapa kekal semua anak manusia dalam iman dan roh. Tetapi Kristus bukan Allah Bapa, dan bukan Allah Anak.
“Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.” 1 Korintus 15:45.
“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Galatia 3:26.
“Kita telah ditentukan untuk diadopsi menjadi anak-anak oleh Yesus Kristus untuk Diri-Nya sendiri, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Efesus 1:5 (Diterjemahkan dari KJV).
“Dan lagi: "Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya," dan lagi: "Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku." Ibrani 2:13.
Pdt. Keni: Matius 28:19-20: Membaptis dalam satu nama tapi 3 oknum.
1 Petrus 1:1-2: “Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, 1:2 yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”
2 Korintus 1:20-22: “Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. 1:21 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, 1:22 memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.”
Paulus adalah pengkhotbah monoteisme memperkenalkan ketritunggalan Allah.
Yohanes 17:20-22: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.”
Kesatuan gereja dipaparkan dalam ayat-ayat ini. Gereja datang dari berbagai kebudayaan tapi adalah satu.
Yudas 1:20-21: “Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.
Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.
Yudas yang paham monoteisme, memperkenalkan tritunggal.
Jika kita baca ayat-ayat di atas yang diberikan oleh Pdt. Keni, kita dapati bahwa ayat-ayat tersebut sama sekali tidak mengatakan bahwa ada 3 Allah, yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh tetapi tetap 1 Allah. Itu sebabnya Pdt. Keni mengatakan bahwa kita tidak dapat mengerti Allah sebab memang ajaran Trinitas adalah ajaran misterius yang tidak masuk akal, yang tidak Alkitabiah.
Adalah benar bahwa Allah Bapa dan Kristus adalah satu dalam pikiran dan tujuan, yang diikat oleh Roh Kudus yang sama, yang menyatukan mereka. Tetapi mereka adalah tetap dua oknum yang berbeda. Kita tidak dapat menafsirkan bahwa Allah Bapa dan Kristus adalah satu oknum Allah.
“Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” 1 Korintus 8:6
Kesatuan antara Allah Bapa, Kristus dan murid-murid (gereja-Nya) digambarkan dengan jelas oleh Ny. White:
“Kesatuan yang terdapat antara Kristus dan para murid-Nya tidak menghancurkan kepribadian keduanya. Mereka adalah satu dalam tujuan, dalam pikiran, dalam karakter, tapi bukan dalam oknum/pribadi. Demikianlah Allah dan Kristus adalah esa.” The Ministry of Healing, p. 422.1 (Ellen G. White)
Perhatikan bahwa kesatuan yang benar bukan misterius. Kesatuan Allah Bapa, Kristus dan gereja-Nya adalah kesatuan dalam tujuan dan karakter, tetapi bukan kesatuan tritunggal yaitu 3 oknum yang secara gaib bersatu menjadi 1 Allah, yang yang tidak satu ayat Alkitab-pun menuliskannya!
Kodrat dan hakikat Allah atau apa dan bagaimana Allah itu, memang hal yang tidak dapat kita pahami sebab Alkitab dan Roh Nubuat tidak menjabarkannya. Tetapi identitas atau siapa Allah dan Kristus dan Roh Kudus sangat jelas ditulis dalam Alkitab dan Roh Nubuat. 1 Kor. 8:6 jelas bahwa monotesme yang benar yang Paul maksudkan adalah: Satu Allah adalah Bapa saja. Bukan tiga oknum dalam satu kesatuan. Bahkan Yesus sendiri mengatakannya dengan jelas IDENTITAS dari Allah yang esa itu:
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Yohanes 17:3
Siapakah satu-satunya Allah yang benar menurut Yesus sendiri? Bapa saja. Dan siapakah Kristus? Anak tunggal Allah (Yoh. 3:16), mereka dipersatukan oleh satu Roh yaitu Roh Kudus, sama seperti kita dipersatukan dengan Bapa dan Kristus melalui Roh yang sama:
“Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” 1 Korintus 6:17
“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” 1 Korintus 12:13
Rasul Paulus menerangkan bahwa baptisan dalam Roh adalah persatuan kita dengan Kristus. Di sini Rasul Paulus sama sekali tidak mengajarkan konsep tritunggal doktrin Trinitas, dimana 3 oknum: Allah Bapa + Allah Anak + Allah Roh = 1 oknum.
Melainkan mengajarkan bahwa kesatuan manusia dengan Bapa dan Kristus adalah karena kita memiliki satu Roh yang sama. Kita tetap adalah oknum-oknum manusia yang berbeda. Kita tidak menjadi satu oknum Allah, bukan?
Tentang siapa Roh itu, Rasul Paulus mengidentitaskan dalam ayat berikut:
“Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.” 2 Korintus 3:17
Siapakah yang memerdekakan kita dari dosa? Tentu saja Kristus. Bagaimana kita dibebaskan? Melalui baptisan Roh-Nya. Bagaimana kita dipersatukan dengan Bapa? Dengan memiliki Roh Kudus yaitu Roh Kristus. Bukan oknum lain!
“Kita menginginkan pengertian yang lengkap dan sempurna itu dimana Tuhan saja yang dapat berikan. Tidak aman untuk menangkap roh dari yang lain. Kita menginginkan Roh Kudus, yaitu Yesus Kristus.” Lt 66, 1894 (April 10, 1894) par. 18 (Ellen G. White)
Kutipan dan ayat di atas sangat jelas memberi kita identitas dari Roh Kudus itu.
Apakah Allah adalah Allah yang penuh rahasia dan tidak dapat dimengerti seperti ajaran Trinitas?
“Pengetahuan akan Allah dan Yesus Kristus adalah fondasi dari semua agama yang benar. Ribuan mencari pengetahuan yang tak berguna; tapi ada pengetahuan yang secara positif kita perlu untuk peroleh. Kita harus mengetahui Allah, dan Yesus Kristus, yang telah diutus-Nya. Pengetahuan ini adalah ilmu keselamatan, dan lebih berharga dari semua harta dunia. Mereka yang menghargainya, pengetahuan ini memberi warisan di antara mereka yang telah dikuduskan, mahkota yang tidak akan pudar, dan hidup yang diukur denganhidup Allah.” The Signs of the Times March 3, 1898 paragraph 2 (Ellen G. White)
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenalEngkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Yohanes 17:3
Jika mengetahui siapa Allah dan Yesus Kristus adalah dasar keselamatan, dasar agama yang benar, bukankah doktrin Trinitas mengajarkan ajaran yang sangat berlawanan dengan Alkitab?
Pdt. Keni mengutip tulisan Ny. White dalam 130MS, 1901 “The eternal heavenly dignitaries, God and Christ and Holy Spirit arming them with more than mortal energy…..”
EGW memperkenalkan trio tapi satu. Dia mengerti ketritunggalan Allah secara jelas.
Terjemahan dari kutipan di atas: “Pembesar-Pembesar kekal surgawi – Allah, dan Kristus, dan Roh Kudus—mengarahkan mereka (para murid-Nya) dengan suatu (kuasa) yang melebihi kuasa yang fana…” Ms 130, 1901 (November 27, 1901) par. 52 (juga dicetak di No. 145).
Apakah kutipan di atas mengajarkan konsep Tritunggal? Bapa, Anak dan Roh Kudus memang adalah Pembesar-Pembesar surgawi. Tidak diragukan bahwa memang ada tiga pribadi. Kami tidak menyangkal bahwa Roh Kudus itu tidak ada! Tapi, apakah itu berarti bahwa mereka adalah tiga makhluk/oknum Allah?
Perhatikan bahwa kutipan di atas tidak mengatakan apa hubungan antara Bapa, Anak dan Roh. Tidak mengatakan bahwa Roh itu adalah Allah Roh, atau mengajarkan bahwa Kristus adalah Allah Anak. Tidak pula menyangkal bahwa Yesus benar-benar lahir dari Bapa.
“Banyak yang menyangkal pri-eksistensi (keberadaan sebelumnya) dari Kristus, dan dengan demikian menyangkal ke-Ilahian-Nya; mereka tidak menerima Dia sebagai seorang Juruselamat pribadi. Ini adalah penolakan total akan Kristus. Dia adalah Anak lahir yang tunggal Allah, satu dengan Bapa sejak permulaan. Melalui Dia dunia-dunia diciptakan.” Ms 92, 1894, par. 1
Untuk pelajaran selanjutnya tentang kutipan Ny. White ini, klik di sini:
Perhatikan bahwa dasar ke-Ilahian Kristus adalah karena Dia benar-benar Anak yang lahir dari Bapa. Tahukah anda bahwa doktrin Trinitas menyangkal Kristus sebagai anak lahiriah Bapa? Simaklah kutipan berikut:
“Kelima, gambaran Bapa-Anak tidak bisa secara harafiah/literal diaplikasikan pada hubungan Bapa-Anak dalam ke-Allahan. Anak bukan dalam arti nyata, sebagai Anak Bapa harafiah. Sebab seorang anak dalam arti nyata memiliki permulaan, tetapi dalam ke-Allahan Anak adalah kekal. Istilah “Anak” dianggap sebagai kiasan/metafora apabila diaplikasikan kepada ke-Allahan…...” Adventist Worlds, November 2015 (What does the Bible mean when it refers to Jesus as “the Son of God”) juga diterbitkan di situs the Biblical Research Institute:
“Hubungan Bapa-Anak dalam ke-Allahan haruslah dimengerti dalam arti kiasan, bukan dalam arti nyata.” (Max Hatton, Understanding the Trinity, hal. 97). Max Hatton adalah pensiunan pendeta Advent di Australia.
Menurut para teolog Trinitas, Kristus hanya memainkan peran sebagai Anak ketika Dia datang ke dunia ini, juga disebut metafora. Jadi, mereka menganjurkan agar Yohanes 3:16 tidak dibaca secara harafiah, tetapi dianggap sebagai kiasan saja! Ironis sekali! Alkitab mengatakan bahwa mereka yang menyangkal Allah sebagai Bapa, dan menyangkal Kristus sebagai Anak, adalah antikristus:
“Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.” 1 Yohanes 2:22
Dapatkah anda melihat bahayanya doktrin Tritunggal/Trinitas ini?
Pdt. Keni: Augustine dalam sermon hal 263 berkata: “Whoever denies the Trinity is in danger of loosing his salvation. Whoever tries to understand the Trinity is in danger of loosing his mind.”
Terjemahan kutipan Augustine adalah sebagai berikut:
“Barangsiapa menolak Trinitas berada dalam bahaya untuk kehilangan keselamatannya. Barangsiapa mencoba mengerti Trinitas berada dalam bahaya untuk kehilangan pikirannya.”
Pernyataan di atas cocok dengan tulisan Alkitab tentang dewa-dewa yang tidak dikenal yang disembah oleh bangsa-bangsa kafir:
“Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. “Kisah 17:22-23.
Augustine adalah salah seorang Bapa Katolik mula-mula – bersama dengan Athanasius merupakan perumus dan penyebar doktrin Trinitas.
“Agustine berkata, “Apabila kami ditanya untuk mendefinisikan Trinitas, kami hanya dapat berkata, bukan ini atau bukan itu.” (Augustine, dikutip dari buku Philip Schaff’s History of the Christian Church, Volume 3, Bagian 130, Hal. 672).
Seperti yang dapat anda baca di atas, Alkitab dan Roh Nubuat mengajarkan dengan jelas IDENTITAS atau SIAPA Allah yang sebenarnya. Allah yang benar, identitas-Nya bukan rahasia.
“Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi." Wahyu 17:4-5
Ilah-ilah kafir dan antikristus-lah yang mengajarkan bahwa identitas ilah mereka adalah rahasia.
“Saat kita mendekat pada Kristus, dan Dia mendekat pada kita, dan Dia dipahami oleh jiwa yang percaya, kita dapat berkata dengan penuh keyakinan, “aku tahu kepada siapa aku percaya.” “aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan” (2 Timotius 1:12) E.G. White, Lt 10, 1893 (May 30, 1893) par. 14