Kata Ibrani ELOHIM
KATA IBRANI ‘ELOHIM’
Disusun Oleh: Yolanda Kalalo-Lawton www.agapekasih.org
Arti kata Elohim dalam Ensiklopedi Britanika:
“Elohim, kata tunggalnya Eloah (Ibrani: Allah), Allah Israel dalam Perjanjian Lama. Jamak dari keagungan, istilah Elohim—walau kadang digunakan untuk ilah-ilah lain, seperti Kemosh, allah bangsa Moab, Astarte, allah bangsa Sidon, dan juga untuk makhluk-makhluk agung lain seperti malaikat-malaikat, raja-raja, hakim-hakim (Perjanjian Lama Shofetim), dan Mesias—biasanya digunakan dalam Perjanjian Lama hanya untuk Allah Israel Yang Esa, yang nama pribadi dinyatakan kepada Musa sebagai YHWH, atau Yahweh (q.v). Apabila mengacu pada Yahweh, elohim sering sekali diikuti oleh kata ha-, yang berarti, dalam kombinasi, “Allah,” dan kadang dengan identifikasi lebih lanjut Elohim hayyim, artinya “Allah yang Hidup.”
Walau Elohim adalah bentuk jamak, bentuk ini dimengerti dalam arti tunggal. Oleh sebab itu, dalam kitab Kejadian, kata-kata, “Pada mulanya Allah (Elohim) menciptakan langit dan bumi,” Elohim adalah monoteistik (Satu Allah) dalam pengertian, walaupun tata bahasanya tampak politeistik (banyak Allah). Bangsa Israel kemungkinan meminjam kata benda jamak bangsa Kanaan Elohim dan menjadikannya tunggal dalam artinya, sesuai praktek pemujaan dan cerminam teologi mereka.”
https://www.britannica.com/topic/Elohim
Arti kata Elohim menurut bangsa Yahudi
Bahasa Ibrani: אֱלֹהִים Htr. ’elōhîm
Elohim lazimnya dimengerti sebagai jamak dari Eloah. Kadang diterjemahkan sebagai “hakim-hakim” (Keluaran 21:6; 22:8-9), dan sering sekali diterjemahkan sebagai “ilah-ilah atau allah-allah” ketika mengacu pada allah-allah yang palsu (Kejadian 31:30; Keluaran 12:12; 18:11 dsb), tapi selalu diterjemahkan sebagai “God atau Allah,” dan digunakan bersama dengan kata kerja tunggal ketika mengacu pada Bapa Esa yang benar. Hal ini umumnya disebut JAMAK dari KEAGUNGAN, yang begitu lazim digunakan dalam bahasa Ibrani. Yesus menggunakan bentuk jamak yang diterjemahkan sebagai “O, God atau Allah” (Mazmur 45:6), dan Paulus mengutip ayat itu ketika mengacu kepada “Anak” (Ibrani 1:8). Dengan demikian, kata ini tidak membuktikan suatu kejamakan dari oknum-oknum dalam ke-Allahan, seperti anjuran banyak orang.
https://www.logosapostolic.org/bible_study/RP360HebrewNamesGodElohim.htm#b2.1
“Gugatan yang diajukan oleh rekanmu adalah salah satu dari argumen-argumen yang dikenal, yang digunakan oleh para misionaris untuk membela doktrin Trinitas, kredo/aturan gereja yang paling dijaga dan yang paling tidak dapat dipertahankan. Sangat sulit dibayangkan suatu doktrin yang lebih bertentangan dengan doktrin monoteisme yang tanpa kompromi itu yang dikhotbahkan dalam Kitab Suci bangsa Yahudi daripada gugatan orang Kristen bahwa ada kejamakan dalam kodrat ke-Ilahian Allah. Namun begitu, berbekal pengetahuan yang kerdil akan bahasa Ibrani, banyak penganut Trinitas dengan berani memperdebatkan bahwa nama Allah, seperti nampak di ayat pertama dalam Alkitab, “membuktikan” tiga pribadi berbeda dalam ke-Allahan.
Lebih khusus lagi, para misionaris itu menonjolkan bentuk jamak dari nama Allah dalam bahasa Ibrani אֶלהִים (Elohim), yang sering muncul dalam Taurat, untuk menyokong pernyataan mereka bahwa ada suatu persatuan majemuk dalam ke-Allahan. Mereka membantah bahwa penggunaan huruf Ibrani “ים” (yud dan mem, dieja “im”), adalah suatu akhiran jamak di akhir kata Elohim, menyediakan banyak bukti dari Tanach (Taurat) bahwa ada suatu kejamakan dalam kodrat Allah. Rekanmu bahkan melangkah lebih jauh dalam keganjilan ketika dia menyatakan bahwa ilmu kalimat (sintaksis) Ibrani entah bagaimana adalah menandakan “bentuk jamak dari tiga.”
Anda dapat pastikan bahwa bahasa Ibrani adalah suatu bahasa asing bagi rekanmu itu, dan bahwa anggapan-anggapannya adalah keliru. ….Komentarnya yang terakhir bahwa akhiran jamak dalam kata Elohim adalah bukti dari “suatu bentuk jamak dari tiga” khususnya, adalah mustahil, dan menggambarkan kehancuran dan keputus-asaan banyak penganut Trinitas yang ditunjukkan dalam usaha gegabah mereka untuk membela kredo asing dari gereja.
Adalah suatu kesalahan sangat besar untuk menafsirkan bahwa nama Elohim menyatakan suatu kejamakan dalam ke-Allahan; sebab jika Elohim menandakan kejamakan dari orang-orang, bagaimana para misionaris dapat menerangkan bahwa kata yang sama Elohim dalam Taurat mengacu keapada Musa juga? Tentang Musa, Taurat berkata,
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (Elohim) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.” Keluaran 7:1.
Perhatikan bahwa kata Allah (Elohim) dalam Keluaran 7:1 mengacu pada Musa seorang saja. Tidak berarti bahwa Musa adalah kesatuan dari tiga orang Musa, bukan?”
https://outreachjudaism.org/elohim-plural/
Arti kata Elohim menurut para teolog Trinitas terkemuka:
Para teolog Trinitas mengajarkan bahwa kata Elohim digunakan untuk menyatakan bahwa Allah adalah kesatuan dari kejamakan. Hal ini ditafsirkan demikian, sebab memang kata Elohim adalah kata benda jamak. Dalam bahasa Ibrani, akhiran “-im” menunjukkan jamak sama seperti akhiran ”-s” dalam bahasa Inggris, atau pengulangan dalam bahasa Indonesia (contoh: allah-allah, orang-orang, dll). Namun, bahasa adalah sesuatu yang harus dimengerti sesuai dengan konteks. Kadang, kita membaca kata dalam bahasa Inggris yang diakhiri dengan huruf “-s” tetapi tidak berarti jamak. Misalnya kata “news.” Kata ini bisa berarti jamak dan tunggal sekaligus, tergantung konteksnya. Demikian juga dengan bahasa Ibrani. Kata Ibrani Mayim (berakhiran -im) yang berarti air, adalah kata yang berakhiran jamak tetapi tunggal dalam penggunaannya.
Tulisan-tulisan berikut ditulis oleh para teolog Trinitas terkemuka:
“Elohim, walau bentuknya jamak, selalu digunakan dalam Perjanjian Lama demikian (misalnya ilah-ilah). Bahkan satu allah orang kafirpun dapat disebut dengan kata jamak Elohim (misalnya Hakim-hakim 11:24; 1 Raja-raja 11:5; 2 Raja-raja 1:2). Di Israel, kata jamak ini dimengerti sebagai JAMAK KESEMPURNAAN; Allah adalah Allah yang sebenarnya, dan dalam arti yang sempurna kata yang digunakan adalah Allah.” (J. Schneider, ‘God, Gods, Emmanunuel’ dalam The New International Dictionary of New Testament Theology: Vol. 2, diedit oleh Colin Brown, (Grand Rapids, MI: Zondervan, 197b), hal. 67).
Hal yang perlu diperhatikan bahwa tulisan di atas, ditulis oleh seorang pakar pro-Trinitas yang secara jujur dan bijaksana, memaparkan bahwa kata Elohim--walaupun pluran dalam bentuk, tetapi jika mengacu pada Allah yang benar bangsa Israel, kata ini tidak berarti kesatuan dari 3 allah. Kata Elohim adalah jamak karena kepenuhan atau kesempurnaan Allah. Jadi, Bukan berarti jamak dalam angka, tapi jamak dalam menyatakan kelengkapan keagungan Allah.
“Elohim, nama Ibrani yang lazim untuk Allah, adalah suatu kata jamak yang asal dan maknanya diragukan. Kata ini digunakan sebagai sesuatu yang biasanya jamak untuk ilah-ilah bangsa kafir, atau makhluk-makhluk roh (1 Samuel 28:13), atau bahkan untuk hakim-hakim di bumi (Mazmur 82:1, 6; Yohanes 10:34); tapi jika digunakan untuk Allah yang Esa, hanyalah kata kerja tunggal yang dibutuhkan/digunakan. Seperti penggunaan lazimnya, kata ini diperkirakan adalah peninggalan pra-sejarah politeisme (banyak allah), tapi kemungkinan besar berarti suatu ‘JAMAK DARI KEAGUNGAN,’ hal ini lazim digunakan dalam bahasa Ibrani, atau juga menyatakan kesempurnaan Allah.” (A.J. Maclean, ‘God’ dalam Hastings Dictionary of the Bible (edisi volume 1), diedit oleh James Hastings, (Peabody, MA: Hendrickson, 2001), hal. 299).
“Kata pertama untuk Allah dalam Perjanjian Lama adalah Elohim. Kata itu juga yang paling umum dan paling tidak tentu dalam artinya. Jadi kata itu setara dengan Theos dalam bahasa Gerika dan God (Allah) atau Deity (Ilahi) dalam bahasa Inggris. Tidak seperti Jehovah, seperti yang diterangkan di bawah ini, Elohim dapat digunakan untuk ilah-ilah bangsa kafir (Kejadian 31:30; Keluaran 12:12).
Oleh karena lazim digunakan dan kata ini adalah kata benda jamak, banyak para pengeritik memandangnya sebagai indikasi dasar dari politeisme. Teori ini tidak cukup beralasan sebab bentuk tunggal Eloah, adalah puitis dan jarang digunakan. Dalam penulisan, bentuk jamaklah yang harus digunakan, apakah itu dalam politeis atau monoteis, sebab tidak ada kata lain yang cocok. Sebab itu, penggunaannya tidak dapat membuktikan dasar politeisme dalam agama Alkitab.
Di lain pihak, banyak orang Kristen menjelaskan kejamakan sebagai suatu tanda tentang Trinitas. Tapi sekali lagi, tanpa penggunaan lazim dari kata tunggalnya, tidak ada seorangpun di zaman Perjanjian Lama dapat mengembangkan ide-ide Trinitas hanya dari kata itu sendiri. Kejamakan tersebut akan lebih mudah untuk menganjurkan politeisme daripada trinitas jika tidak karena indikasi-indikasi lain dari kata itu sendiri yang digunakan dengan kata kerja tunggal. Tidak berarti bahwa materi dalam Perjanjian Lama tidak menunjukkan perbedaan-perbedaan di dalam ke-Allahan.
“Bentuk jamak itu lebih cocok dimengerti sebagai indikasi suatu KELIMPAHAN KUASA. Walaupun etimologinya (Ilmu Asal Kata) tidak jelas, kata itu mungkin berasal dari suatu akar kata yang berarti kuat” (Gordon H. Clark, ‘God’ in Wycliffe Dictionary of Theology, diedit oleh Harrison, Bromiley, dan Henry, (Peabody, MA: Hendrickson, 2000), Hal. 238-239).
Dapatkah anda lihat poin-poin di atas? Tulisan-tulisan tersebut di atas ditulis oleh para pakar Trinitas sendiri, menyatakan bahwa “tidak seorangpun di zaman Perjanjian Lama yang dapat mengembangkan ide-ide Trinitas hanya dari kata Elohim itu sendiri.” Tentu saja mereka sedikit menyokong teori mereka dengan berkata bahwa Perjanjian Lama “menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam ke-Allahan,” tapi tampaknya indikasi-indikasi ini terbatas hanya untuk kata-kata yang lain kecuali kata Elohim.
“Walau berbentuk jamak, Elohim dapat diperlakukan sebagai satu kata tunggal, dalam kasus yang artinya Allah Esa yang tertinggi, dan dalam versi bahasa Inggris disebut ‘God/Allah.’ Sama dengan bahasa Inggris, hal itu adalah, secara tata bahasa, tergolong pada suatu kata benda yang lazim, dan memberi gagasan tentang semua yang tergolong dalam konsep Ilahi, yang berlawanan dengan manusia (Bilangan 23:19) dan makhluk-makhluk ciptaan yang lain.” (F.F. Bruce, ‘God, Names of’ dalam The New Bible Dictionary, diedit oleh J.D. Doublas dan N. Hillyeer, (Leicester: InterVarsity Press, 1982), Hal. 429).
Jika kata Elohim digunakan untuk mengacu pada Allah yang Esa, selalu diterjemahkan sebagai satu atau tunggal bukan kesatuan. Jika Elohim mengacu kepada suatu kelompok ilah-ilah, kata itu diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Inggris sebagai “gods atau ilah-ilah.” Dengan kata lain, bagaimana anda memutuskan untuk mengartikan kata Elohim ini, tergantung pada konteks kata kerjanya (dalam bahasa Ibrani, kata kerja berisi informasi yang menentukan apakah itu kata Elohim itu tunggal atau jamak). Sebagai kesimpulan, kita harus menanyakan teman-teman pro-Trinitas kita untuk berhenti menggunakan kata Elohim untuk menyokong doktrin mereka. Alasan ini tidak meyakinkan dan tidak lagi digunakan oleh para pakar/teolog Trinitas terkemuka seperti yang anda dapat baca sendiri tulisan-tulisan mereka di atas.
https://www.hope-of-israel.org/elohim.html
Maskulin dan Feminin
Pada dasarnya, kata Elohim (Allah) yaitu kata Ibrani (Strong H430) selain bentuknya jamak, sifatnya adalah maskulin (laki-laki). Tetapi Alkitab tidak selamanya mengartikan kata Elohim ini dalam bentuk jamak maupun maskulin.
“Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi (elohim) orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon.” 1 Raja-raja 11:5.
“Sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku dan sujud menyembah kepada Asytoret, dewi (elohim) orang Sidon, kepada Kamos, allah orang Moab dan kepada Milkom, allah bani Amon, dan ia tidak hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dengan melakukan apa yang benar di mata-Ku dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturan-Ku, seperti Daud, ayahnya” 1 Raja-raja 11:33.
Kata dewi dalam dua ayat di atas, diterjemahkan dari kata Ibrani Elohim (Strong H430), yang sesuai konteksnya, berarti feminin dan juga tunggal dalam angka, yaitu satu.
Kesimpulan
Kita telah pelajari di atas bahwa bentuk kata Elohim adalah jamak, dan digunakan baik untuk menunjuk kepada Allah Israel yang benar, ilah-ilah orang kafir, para malaikat (roh-roh) dan bahkan digunakan untuk hakim-hakim Israel. Tetapi hal yang penting diingat adalah, jika kata ini mengacu kepada Allah Israel, kata Elohim berarti Allah Maha Besar Yang Tunggal (Ulangan 6:4) dalam arti angka satu dan bukan dalam arti kesatuan dari tiga allah! Kata jamak Elohim ini digunakan untuk mengekspresikan keagungan dan kebesaran Allah, dan fakta ini tidak pernah berubah dari generasi kepada generasi berikutnya selama ribuan tahun sejarah bangsa Israel sampai saat ini. Sedangkan teori Trinitas baru resmi dimulai pada tahun 325 Sesudah Kristus (lihat Sejarah Singkat Trinitas).