Bab 1: Asal Mula Pengadilan Itu
Seri Buku: God’s Love on Trial (Kasih Allah Sedang Diadili)
Bab 1
Asal Mula Pengadilan Itu
Oleh: Lynnford Beachy, presenttruth.info
Terjemahan bebas: Yolanda Kalalo-Lawton, agapekasih.org
Ada suatu waktu dimana semua ciptaan Allah hidup harmonis dengan sang Pencipta. Masing-masing mengerti kasih Allah yang agung bagi mereka. Waktu itu, tidak ada pertanyaan dalam pikiran seorang makhlukpun akan kebaikan dan ketulusan Allah. Namun, keharmonisan dan kedamaian itu segera hancur dengan tumbuhnya dosa di hati Lusifer, yang sekarang ini kita sebut Setan.
Alkitab berkata bahwa Lusifer diciptakan sempurna. Allah berkata padanya, “Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.” (Yehezkiel 28:15). Lusifer berarti “Pembawa Cahaya,” dan itu adalah nama Setan sebelum kejatuhannya. Allah berkata juga kepada Lusifer: “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!” (Yesaya 14:12). Lusifer begitu sempurna ketika Dia diciptakan Allah. Tampaknya dia menuruti perintah pertama Allah yang agung itu, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap pikirannya. Bagi Lusifer yang dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, dia pasti mengerti kasih Allah itu untuknya. Alkitab berkata, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19). Kasih kepada Allah selalu bermula dengan pengertian dan penghargaan akan kasih Allah bagi kita.
Tidak diberitahu berapa lama Lusifer berada dalam kondisi yang sempurna, tetapi Alkitab berkata bahwa “kecurangan” didapati di dalamnya. Sangat sulit membayangkan bagaimana Lusifer yang hidup di alam yang sempurna dengan seorang Allah Pengasih yang sempurna itu dapat berdosa terhadap Allahnya. Sementara hal ini adalah misteri yang besar, Allah telah menunjukkan kepada Yehezkiel beberapa hal terperinci tentang kejatuhan Lusifer, yang menolong kita mengerti apa yang telah terjadi.
Allah berkata pada Lusifer, “Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.” (Yehezkiel 28:7). Ketika Allah berkata bahwa hati Lusifer menjadi sombong, dengan kata lain bahwa dia menjadi tinggi hati, Allah berkata bahwa hal itu disebabkan karena dia pikir dia begitu cantik dan semarak. Kesimbongan ini, kata Allah, mengotori hikmatnya. Ketika Allah berkata bahwa hikmat Lusifer menjadi rusak, hikmat yang apakah yang dimaksud-Nya? Satu-satunya hikmat yang dimaksud dalam konteks ini adalah, hikmat Lusifer tentang karakter kasih Allah. Inilah hikmat yang ternoda di dalam Lusifer sebagai hasil dari kesimbongannya itu.
Ketika Lusifer masih sempurna, dia memandang Allah sebagai Seorang penyayang, adil dan baik dalam segala sesuatu yang dilakukan-Nya, dan oleh sebab itu, Lusifer mencintai Allah dengan segenap hatinya. Namun, saat Lusifer mulai berpaling memandang kepada diri-nya sendiri, menyadari betapa cantik, sempurna dan bijaknya diri-nya, dia mulai merasa bangga terhadap diri-nya sendiri dengan kecantikan dan kemampuan-kemapuan-nya itu. Lalu, dia mulai percaya bahwa dia patut menduduki posisi yang lebih tinggi dari posisi yang diberi Allah pada-nya. Dia mulai berpikir bahwa, karena dia begitu hebat dan patut menduduki posisi yang lebih baik di surga, dia merasa Allah tidak adil pada-nya dengan membatasi apa yang dia patut dapatkan. Setelah itu, Lusifer mulai memandang Allah sebagai Seorang yang tidak baik, tidak adil, dan cinta diri. Dia tidak lagi melihat karakter Allah yang pengasih itu. Pengetahuan-nya tentang Allah telah ternoda; dia mulai meragukan kasih Allah, menyebabkan menipisnya kasih-nya kepada Allah.
Hikmat Lusifer tentang kasih Allah menjadi sangat rusak, dia pikir dia dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada Allah Sendiri dalam memerintah alam semesta ini. Pada akhirnya Lusifer berkata, “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” (Yesaya 14:14).
Sesudah Lusifer memupuk pikiran-pikiran jahat tentang Allah, dia tidak puas hanya menyimpan pikiran-pikiran tersebut dalam diri-nya sendiri. Segera setelah itu, dia mulai menyebarkan benih-benih keraguan dalam pikiran para malaikat setia Allah itu. Dia ingin agar yang lain juga memiliki gambaran yang salah tentang kasih Allah seperti pandangan-nya. Alkitab berkata bahwa kampanye Lusifer berhasil dalam usahanya menggambarkan karakter Allah yang salah itu. Dia berhasil meyakinkan sepertiga dari malaikat-malaikat penduduk surga yang siap membela-nya dalam pemberontakan itu (lihat Wahyu 12:4, 7-9).
Kebohongan Lusifer sejak semula itulah yang mengatakan bahwa Allah tidak mengasihi dan tidak perduli. Dosa bermula dengan ketidakpercayaan akan kasih Allah, dan Lusifer mengetahui bahwa jika dia dapat membuat yang lain tidak percaya pada kasih Allah itu, mereka akan bergabung dengan-nya dalam pemberontakan-nya. Dia bertindak menjalankan tugas jahat-nya dengan mempertanyakan kasih Allah; dan menyeret kasih Allah ke dalam sidang pengadilan ini.
Hawa di Taman Eden
Akhirnya, Setan dicampakkan dari surga. Tetapi dia tidak menyerah dalam kampanye-nya melawan Allah. Pertarungan berlanjut di bumi. Dalam bentuk seekor ular, dia menipu Hawa untuk menerima pandangan buruk-nya tentang karakter Allah. Alkitab berkata, “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” (Kejadian 3:1-3). Sampai saat itu, Hawa masih tanpa dosa dan sama sekali percaya bahwa Allah dengan segenap hati mengasihi-nya. Dia memiliki semua alasan untuk yakin bahwa Allah sedang melakukan segala sesuatu untuk keuntungan-nya dengan menjauhkan-nya dari buah pohon pengetahuan baik dan jahat itu. Allah berkata pada-nya untuk tidak memakan buah dari pohon tersebut sebab jika dia memakannya, tindakan tersebut akan mengakibatkan efek negatif pada diri-nya; dia akan mati. Hawa mengerti bahwa buah itu berbahaya bagi-nya dan oleh karena itu, dia yakin bahwa Allah itu baik dan menyayangi-nya dengan cara menghindarkan buah itu dari-nya.
Kesempatan itulah yang digunakan oleh Setan untuk menyebarkan gambaran buruk-nya tentang karakter Allah. “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:4-5).
Perhatikan maksud Satan dibalik kebohongan itu. Dia tidak saja melawan Firman Allah dengan menyatakan bahwa Hawa tidak akan mati, tetapi maksud dia sebenarnya adalah untuk memberi gambaran yang salah tentang karakter Allah yang pengasih itu. Setan tahu bahwa selama Hawa mengerti bahwa buah dari pohon itu akan memberi dampak buruk bagi-nya, dia akan memandang bahwa larangan Allah itu adalah baik bagi-nya. Jadi, Setan menipu Hawa untuk berpikir bahwa buah pohon itu sebenarnya baik buat dia, yang berarti bahwa, Allah itu tidak baik karena Dia menjauhkan buah itu dari Hawa. Inilah yang diinginkan Setan. Dia ingin agar Hawa memandang Allah dengan pandangan yang sama dengan pandangan-nya, yaitu Allah adalah Seorang yang tidak adil, tidak baik, kejam dan tidak mencintai-nya. Inilah maksud sebenarnya dibalik dusta pertama Setan terhadap umat manusia.
Setan menanamkan benih keraguan dalam pikiran Hawa. Dia mulai bertanya-tanya mengapa Allah menjauhkan-nya dari buah pohon itu. Selama ini, dia mengira bahwa hal itu adalah untuk keuntungan-nya. Tetapi sekarang, dia mulai meragukan hal itu. Sambil menatapi buah itu, Hawa berpikir, “Mungkinkah bahwa Allah melarang buah ini dari saya karena Dia tidak ingin saya menjadi bijak, dan terangkat pada kedudukan yang lebih tinggi?” “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.” (Kejadian 3:6). Setan berhasil membuat Hawa bergabung dalam pemberontakkan-nya melawan Allah. Apa yang menyebabkan kejatuhan Hawa? Bagaimana bisa Setan meyakinkan seorang yang sempurna, makhluk tanpa dosa itu memberontak terhadap Allah?
Sampai pada saat itu, Hawa yakin bahwa Allah sangat mengasihi-nya. Allah telah melakukan banyak hal yang baik bagi-nya. Dia selalu memenuhi segala kebutuhan-nya, dan segala sesuatu begitu indah dalam taman itu. Atas dorongan Setan, Hawa mulai meragukan apakah Allah benar-benar mengasihi-nya. Dia mulai mempertanyakan kemungkinan akan sesuatu yang baik yang Allah hindarkan dari diri-nya. Segera, dia mempercayai dusta Setan dan meragukan kasih Allah. Dia memakan buah itu dan kita semua tahu cerita selanjutnya.
Pertentangan Besar
Ketidakyakinan akan kasih Allah inilah yang membuat Setan mulai menjalani jalur yang terus menurun. Ketidakyakinan dalam kasih Allah ini menyababkan Hawa berdosa. Ketidakyakinan akan kasih Allah ini juga membuat kita tetap berada dalam dosa. Hanya melalui kasih Allah yang tanpa batas dan penghargaan kita terhadap kasih inilah yang dapat membawa kita kembali kepada Allah, ke dalam hubungan kasih yang melebihi apa yang kita miliki saat ini.
Bertahun-tahun umat manusia ada dalam kegelapan, tidak menyadari betapa besarnya kasih Allah bagi mereka. Untuk hal inilah, dan untuk menebus anak-anak-Nya, maka Allah mengirimkan Anak lahir-Nya yang tunggal ke dalam dunia ini. Yesus telah datang untuk menyatakan karakter agung akan kasih Allah yang Dia sediakan bagi masing-masing kita. Dia telah datang untuk memberi pernyataan yang jelas dan pasti bahwa Allah itu adalah kasih, dan karena kasih-Nya itu sungguh besar, Dia rela menyerahkan segala sesuatu bahkan hal yang paling berharga bagi diri-Nya untuk menyelamatkan mereka yang memberontak melawan-Nya.
Karakter kasih Allah itu telah menjadi pusat dari pertentangan besar antara Kristus dan Setan. Adalah tujuan Setan untuk menipu umat manusia tentang karakter Allah yang sebenarnya. Setan ingin agar kita percaya bahwa Allah bukanlah Allah yang Penyayang seperti pengakuan-Nya. Setan tahu bahwa jika dia dapat meyakini kita dalam hal ini, kita tidak akan pernah menyerahkan hidup kita secara penuh kepada Allah, dimana hal ini sanggup menghentikan kita untuk hidup dalam dosa, dan mendapat kemenangan atas krisis tanda binatang yang akan segera berlaku di bumi ini. Hanya dengan menerima gambaran akan kasih Allah itu, maka kita dapat mengasihi-Nya, dan itu akan menyanggupkan kita menuruti perintah yang oleh Yesus disebut “Hukum yang terutama dan yang pertama.” Yesus berkata, “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” (Matius 22:37-38).
Seorang Malaikat dengan Kabar yang Sangat Penting
Sebab pertentangan tentang karakter Allah ini begitu sengit, dan untuk mendapatkan kesempatan yang baik pada akhir zaman ini dalam rangka memenangkan krisis tanda binatang itu, Allah telah mengirimkan kabar istimewa bagi umat-Nya, yang dilambangkan dengan malaikat pertama dalam Wahyu 14. Kabar ini akan menyanggupkan kita untuk menang “Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.” (Wahyu 15:2).
Segera setelah penglihatan Yohanes tentang krisis tanda binatang dalam Wahyu 13, dia berkata, “Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum.” (Wahyu 14:6). Malaikat ini mewakili pekerjaan Allah melalui agen-agen manusia untuk mengabarkan suatu kabar kepada “mereka yang diam di atas bumi, dan kepada “semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum.” Kabar ini sama dengan kabar yang Yesus sebutkan ketika Dia berkata, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Matius 24:14).
Segera sebelum waktu berakhir, Injil yang kekal itu akan dikabarkan ke seluruh dunia. Apakah Injil yang kekal itu? Kata “Injil” berarti “hal-hal gembira” atau “kabar baik.” “Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Roma 10:15). Jadi, kabar yang harus menjangkau seluruh penjuru dunia saat ini adalah kabar baik yang kekal tentang hal-hal yang menggembirakan. Kabar apakah yang dapat disebut kabar baik yang kekal? Seseorang mungkin dapat berkata, “Saya punya kabar baik untukmu! Kamu baru saja memenangkan satu milyar dollar!” mungkin ini adalah kabar baik, tetapi ini adalah kabar yang hanya sementara; ini bukan kabar baik yang kekal. Kabar baik yang kekal adalah kabar yang selalu baik untuk selamanya di sepanjang zaman kekekalan.
Rasul Paulus memberi penjelasan atas pertanyaan ini ketika dia menulis, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’'“ (Roma 1:16-17). Injil menyatakan tentang kebenaran atau kebaikan Allah. Sesungguhnya, inilah Injil yang kekal itu; injil yang akan tetap selalu menjadi kabar baik dalam milyaran tahun ke depan, dari sekarang sampai pada kekekalan.
Rasul Paulus menyebutkan sesuatu yang lain juga dalam ayat berikut yang harus kita perhatikan. Dia berkata bahwa Injil itu adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan.” Ketika kebaikan dan kasih Allah dinyatakan padamu, itu akan menjadi kuasa motifasi yang akan merubah hidupmu. Paulus mengatakannya dalam ayat lain demikian: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” (Roma 2:4). Pengertian akan kebaikan Allah, kasih, kemurahan, kelemah lembutan, belas kasih, akan menuntun kita kepada pertobatan dan memotifasi kita untuk terus melayani-Nya. Kasih adalah agen yang digunakan Allah untuk menyingkirkan dosa dari kehidupan kita.
Sekarang, kita memiliki pengertian yang baik tentang apa yang dapat dilakukan oleh Injil yang kekal itu, selanjutnya kita dapat mengerti apa yang dikatakan oleh malaikat itu kepada kita. “Dan Dia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."” (Wahyu 14:7). Ada dua malaikat berikut yang segera mengikuti malaikat pertama ini dengan informasi tambahan, untuk menolong kita mendapat kemenangan melawan binatang itu. Tetapi kabar dari malaikat yang pertama ini adalah satu-satunya informasi yang secara langsung diberikan pada kita sebagai petunjuk untuk bertindak. Ada tiga instruksi untuk kita lakukan:
1. “Takutlah akan Allah”
2. “Muliakanlah Dia”
3. “Sembahlan Dia yang telah menjadikan langit dan bumi”
Kita dapat lihat bahwa pekabaran malaikat yang pertama adalah untuk mengajak umat manusia menghormati dan menyembah Allah surga yang benar. Berdasarkan apa yang baru saja kita pelajari tentang Injil yang kekal itu, kita mengerti bahwa kabar ini dirancang untuk menyatakan kebaikan dan kasih Allah. Umat manusia diajak untuk mengerti identitas Allah dan karakter kasih-Nya, yang akan menyanggupkan kita menyembah Allah dengan segenap hati, dan mendapat kemenangan dari tanda binatang itu. Hanya mereka yang mengerti Injil yang kekal, yang akan dapat menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Oleh sebab itu kita harus mematuhi kabar malaikat yang pertama.
Pengadilan Terpenting Sepanjang Zaman
Setan mengakibatkan kita mempertanyakan kasih Allah. Dia menempatkan kasih Allah untuk diadili, dan kita adalah para jurinya. Terserah pada kita untuk memutuskan siapa yang benar dalam pertentangan ini. Pengadilan ini dihadapkan kepada kita agar kita dapat mengambil keputusan. Keputusan kita akan memberi konsekuensi yang kekal sebab keputusan kita itu akan menentukan hubungan kita dengan Allah; berapa dalam kasih kita pada-Nya, berapa dalam kepatuhan kita pada hukum-hukum-Nya, dan akhirnya akan menentukan kelayakan kita untuk memasuki kerajaan surga.
Akankah anda menjadi salah satu dari mereka yang dengan bangga akan dinyatakan oleh Allah, “Inilah mereka yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki iman Yesus?” (Wahyu 24:12-KJV). Akankah anda menjadi salah satu dari mereka yang diberkati yang “melakukan hukum-hukum-Nya agar mereka memperoleh hak atas pohon kehidupan, dan dapat masuk melalui pintu-pintu gerbang kota itu?” (Wahyu 22:14–KJV). Jika anda ingin menjadi bagian dari kelompok itu, anda harus mampu membuat keputusan yang tepat dalam pengadilan besar ini, dimana kita semua dilibatkan oleh Setan. Anda secara pribadi perlu meneliti bukti-bukti agar anda dapat menilai dengan tepat apakah Allah itu adalah Allah yang sesuai dengan pernyataan Firman-Nya melalui Yesus Kristus Anak-Nya. Hanya dengan jalan ini, anda dapat berhak disebut sebagai “penyembah-penyembah yang benar” (Yohanes 4:23).
Lanjutkan membaca pejajaran ini, sebab bukti-bukti dalam persidangan ini harus diteliti dengan tuntas sebelum keputusan yang tepat dapat diambil. Salomo menulis, “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.” (Amsal 18:13).
Bersambung…