Bab 12
Hamba Dan Orang Bebas
Oleh: E. J. Waggoner
Terjemahan: Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org
Kuasa iman yang membawa kemenangan yang terdapat dalam ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, sangat praktis untuk dimengerti. Pertama, kita harus mengerti bahwa orang berdosa adalah hamba dosa. Kristus berkata, “Setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.” Yohanes 8:34. Rasul Paulus, dengan menempatkan dirinya dalam posisi manusia berdosa, berkata; “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.” Roma 7:14. Seseorang yang dijual berarti adalah seorang hamba; dengan demikian, seorang yang terjual di bawah kuasa dosa disebut juga hamba dosa. Petrus juga menunjukkan fakta yang sama ketika berbicara tentang korupsi dan guru-guru yang palsu, katanya, “Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.” 2 Petrus 2:19.
Ciri utama dari seorang hamba adalah, orang itu tidak dapat bertindak sesuai kehendak sendiri sebab dia terikat untuk melakukan kehendak orang lain, tidak peduli betapa menjengkelkan kehendak orang lain tersebut. Rasul Paulus membuktikan kebenaran perkataannya sebagai seorang duniawi dan hamba dosa, “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Roma 7:15, 17-19.
Kenyataan bahwa dosa dapat mengontrol manusia, membuktikan bahwa manusia adalah hamba. Namun walaupun setiap orang yang berbuat dosa menjadi hamba dosa, perhambaan itu terutama menjadi sesuatu yang tidak mampu dijalani apabila orang berdosa tersebut sudah merasakan kilasan kebebasan itu dan merindukannya, namun dia tak mampu mematahkan rantai-rantai yang mengikatnya dengan dosa. Kemustahilan manusia berdosa untuk melakukan sesuatu yang baik yang dia ingin lakukan, telah dijelaskan dalam Roma 8:7,8 dan Galatia 5:17.
Berapa banyak orang yang dalam pengalaman pribadinya, membuktikan bahwa ayat-ayat Kitab Suci tersebut adalah benar? Berapa banyak yang telah berulang kali mencoba mengatasi masalah ini, bahkan dengan usaha mereka yang paling tekun menghadapi cobaan itu sekalipun, hanya mampu membuktikan bahwa mereka begitu lemah, sama seperti air. Mereka tidak memiliki kekuatan dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Dan sangat disayangkan, mata mereka tidak sepenuhnya memandang pada Allah seperti halnya mereka memandang pada diri sendiri dan pada musuh mereka. Pengalaman mereka ibarat pergumulan dengan dosa yang tak ada hentinya, dan terus-menerus dikalahkan. Apakah ini dapat disebut pengalaman orang Kristen yang sejati? Banyak yang berpikiran demikian. Mengapa rasul Paulus, dalam derita jiwa berseru, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” Roma 7:24. Apakah seorang Kristen yang sejati mengalami tubuh maut yang sangat buruk sehingga jiwanya terpaksa berseru untuk dibebaskan? Tentu saja tidak.
Untuk menjawab seruan yang sungguh-sungguh ini, siapa yang menyatakan diri sebagai pembebas kita? Kata rasul itu, “Aku bersyukur kepada Allah melalui Yesus Kristus Tuhan kita.” Dalam ayat lain dia berkata tentang Kristus, “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.” Ibrani 2:14-15.
Kristus telah menyatakan misi pribadi-Nya, “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara.” Yesaya 61:1.
Perhambaan dan penawanan ini seperti yang telah dibahas sebelumnya, adalah penawanan dosa – yaitu perhambaan terpaksa oleh dosa, bahkan berlawanan dengan keinginan kita, disebabkan oleh kuasa yang diwariskan dan kita peroleh, yaitu kecenderungan dan kebiasaan-kebiasaan jahat. Apakah Kristus membebaskan kita dari pengalaman orang Kristen sejati? Tentu saja tidak. Perhambaan dosa yang dikeluhkan oleh sang rasul dalam buku Roma pasal tujuh itu bukan merupakan pengalaman dari seorang anak Allah, tetapi adalah pengalaman dari seorang hamba dosa. Untuk membebaskan manusia dari tawanan dosa itulah Kristus telah datang, bukan untuk melepaskan pengalaman hidup kita dari peperangan dan pergumulan dengan dosa, tetapi membebaskan dari kekalahan kita; menyanggupkan kita menjadi kuat dalam Tuhan dan dalam kuat kuasa-Nya, agar kita dapat bersyukur kepada Bapa “Yang telah membebaskan kita dari kuasa kegelapan, dan menempatkan kita di dalam kerajaan Anak-Nya yang kekasih.” Yang oleh darah-Nya kita memiliki kebebasan.
Bagaimana pembebasan ini dihasilkan? Oleh sebab Anak Allah. Kristus berkata, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” Yohanes 8:31,32,36. Kemerdekaan datang kepada siapa saja yang percaya, sebab siapa saja yang percaya dalam nama-Nya, akan diberikan-Nya “kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.” Kebebasan dari hukuman akan datang kepada mereka yang tinggal di dalam Kristus Yesus (Roma 8:1), dan kita mengenakan Kristus melalui iman (Galatia 3:26,27). Hanyalah oleh iman maka Kristus akan tinggal di dalam hati kita.
www.agapekasih.org