Mengapa Dosa Diizinkan/E.G. White

Mengapa Dosa Diizinkan

Sumber: Bab 1 dari buku Para Nabi dan Bapa (Patriarchs and Prophets) oleh E.G. White
whiteestate.org

Terjemahan bebas oleh: Yolanda Kalalo-Lawton
(Kata-kata penting tercetak tebal)

 “Allah adalah kasih.” 1 Yohanes 4:16. Hakikat-Nya, hukum-Nya, adalah kasih. Hal ini sudah demikian, dan akan tetap demikian. “Yang Esa-Mahatinggi dan Agung yang mendiami kekekalan,” yang “jalannya adalah selama-lamanya,” tidak berubah. Dengan-Nya, “tidak ada keragaman, juga tak ada bayang perubahan.” Yesaya 57:15; Habakuk 3:6; Yakobus 1:17. (PP 33.1)


Setiap perwujudan dari kuasa mencipta adalah ekspresi kasih yang tak terhingga. Kedaulatan Allah melibatkan berkat penuh bagi semua makhluk ciptaan. Pemazmur berkata: (PP 33.2)


"(89-14) Punya-Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan-Mu dan tinggi tangan kanan-Mu.

89:14 (89-15) Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.

89:15 (89-16) Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu;

89:16 (89-17) karena nama-Mu mereka bersorak-sorak sepanjang hari, dan karena keadilan-Mu mereka bermegah.

89:17 (89-18) Sebab Engkaulah kemuliaan kekuatan mereka, dan karena Engkau berkenan, tanduk kami meninggi.

89:18 (89-19) Sebab perisai kita kepunyaan TUHAN, dan raja kita kepunyaan Yang Kudus Israel.” Mazmur 89:13-18. (PP 33.3).

 

Sejarah pertentangan besar antara baik dan jahat, sejak dimulainya di surga sampai pemberontakan dikalahkan dan dosa dibasmi secara total, adalah juga suatu demonstrasi kasih Allah yang tidak pernah berubah. (PP 33.4)

 

Penguasa alam semesta itu tidak sendirian dalam pekerjaan kemurahan hati-Nya. Dia memiliki seorang rekan—seorang teman kerja yang dapat menghargai tujuan-tujuan-Nya, dan dapat membagi kegembiraan-Nya untuk memberikan kebahagiaan kepada makhluk-makhluk ciptaan. “Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Dia yang sama itu pada mulanya sudah ada bersama dengan Allah.” Yohanes 1:1,2. Kristus, Firman itu, satu-satunya yang dilahirkan Allah, adalah satu dengan Bapa kekal—satu dalam hakikat, dalam karakter, dalam tujuan—satu-satunya makhluk yang dapat memasuki semua sidang perundingan dan tujuan-tujuan Allah. “Nama-Nya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Yesaya 9:6. Yang “permulaan-Nya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” Mikha 5:2. Dan Anak Allah menyatakan tentang diri-Nya: “TUHAN memiliki Aku pada permulaan jalan-Nya, sebelum pekerjaan-pekerjaan-Nya dahulu kala. Aku didirikan sejak masa kekekalan….Ketika Dia mengangkat landasan-landasan bumi: waktu itu Aku telah ada di samping-Nya, seorang yang dibesarkan bersama-Nya: dan tiap hari Aku adalah kesenangan-Nya, gembira senantiasa di hadapan-Nya.” Amsal 8:22-30. (PP 34.1)

 

Bapa dibantu oleh Anak-Nya dalam menciptakan semua makhluk surgawi. “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu…..baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Kolose 1:16. Para malaikat adalah duta-duta Allah, berseri dengan cahaya yang selamanya mengalir dari kehadiran-Nya dan bergegas dengan sayap yang cepat untuk melakukan kehendak-Nya. Tapi  Anak itu, yang diurapi Allah, adalah “gambar wujud dari pribadi-Nya,” “yang menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.” Memegang keagungan di atas mereka semua. Ibrani 1:3. “Takhta kemuliaan, luhur dari sejak semula, tempat bait kudus kita! (Yeremia 17:12); “tongkat kebenaran,” adalah tongkat kerajaan-Nya. Ibrani 1:8. “Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya.” Mazmur 96:6. “Rahmat dan kebenaran memancar dari wajah-Nya.” Mazmur 89:14. (PP 34.2)

 

Hukum dan kasih adalah fondasi pemerintahan Allah, kebahagiaan semua makhluk cerdas itu bergantung pada keselarasan sempurna dengan prinsip-prinsip besar kebenaran. Allah ingin mendapatkan dari semua makhluk ciptaan-Nya, pelayanan kasih—layanan yang terpancar dari penghargaan terhadap karakter-Nya. Dia tidak menemukan kesenangan dalam penurutan yang terpaksa; dan kepada semua, Dia berikan kebebasan memilih, agar mereka dapat memberi Dia layanan sukarela. (PP 34/3)

 

Selama semua makhluk ciptaan mengakui kesetiaan kasih tersebut, ada keharmonisan yang sempurna di seluruh alam semesta milik Allah. Adalah kegembiraan dari penduduk surgawi untuk memenuhi maksud Pencipta mereka. Mereka senang memancarkan kemuliaan-Nya dan menunjukkan pujian-Nya. Dan selagi kasih kepada Allah adalah yang terutama, kasih kepada sesama adalah saling terbuka dan tidak mementingkan diri. Tidak ada nada perselisihan yang merusak keharmonisan surgawi. Tapi perubahan terjadi dalam suasana bahagia ini. Ada seorang yang menyelewengkan kebebasan yang Allah telah berikan bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Dosa berasal dari dia, yang setelah Kristus, berdiri di tempat tertinggi dalam kemurahan Allah, dan tertinggi dalam kuasa dan kemuliaan di antara para penduduk surga. Sebelum kejatuhannya, Lusifer, “putera fajar,” adalah yang terutama dari semua kerub penaung, kudus dan tak bercela. Dia berdiri di hadapan Pencipta Agung itu, dan sinar kemuliaan yang tak henti-hentinya yang menaungi Allah yang kekal itu, ada padanya. “Demikian firman Tuhan Allah; “Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmah dan maha indah. Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga….Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.” Yehezkiel 28:17. (PP 35.1)

 

Sedikit demi sedikit Lusifer mengikuti keinginan untuk meninggikan diri. Kitab suci berkata, “Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmahmu kaumusnahkan demi semarakmu.” Yehezkiel 28:17. “Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit….hendak menyamai Yang Mahatinggi.” Yesaya 14:13-14. Walaupun semua kemuliaannya berasal dari Allah, malaikat yang perkasa ini menganggap  hal ini sebagai miliknya sendiri. Tidak puas dengan posisinya, kendati dihormati lebih dari penduduk surgawi, dia berani mengingini kehormatan yang patut diberikan hanya kepada Pencipta. Gantinya berusaha menjadikan Allah sebagai Yang tertinggi dalam kasih dan kesetiaan dari semua makhluk ciptaan, dia berusaha untuk mendapatkan layanan dan kesetian itu untuk dirinya sendiri. Dan mendambakan kemuliaan yang telah dinobatkan oleh Bapa yang Maha Agung itu kepada Anak-Nya. Pemimpin dari para malaikat ini bercita-cita menguasai apa yang menjadi hak khusus dari Kristus seorang saja. (PP 35.2)

Saat itu keharmonisan yang sempurna di surga menjadi rusak. Sifat Lusifer untuk melayani dirinya sendiri daripada melayani Pencipta-nya menimbulkan suatu perasaan prihatin dari mereka yang menganggap bahwa kemuliaan Allah haruslah yang paling tinggi. Dalam sidang surgawi, para malaikat momohon pada Lusifer. Anak Allah juga menyampaikan padanya kebesaran, kebaikan, keadilan dari sang Pencipta, kesakralan dan sifat dasar hukum-Nya yang tak berubah. Allah sendiri telah menetapkan peraturan surga; meninggalkan kenyataan ini, Lusifer akan menghina Pencipta-nya dan membawa kehancuran atas dirinya sendiri. Tapi amaran yang diberikan dengan kasih tak terhingga dan rahmat itu, malah menimbulkan roh perlawanan. Lusifer membiarkan kecemburuannya terhadap Kristus menjadi pemenang, dan menjadikannya lebih bertekad untuk melawan. (PP 35.3)


Memperdebatkan keagungan dari Anak Allah, adalah menyangsikan hikmah dan kasih dari sang Pencipta. Hal ini telah menjadi tujuan dari pemimpin para malaikat itu. Untuk tujuan ini, dia akan membengkokkan energi-energi dari otak yang pintarnya itu, yang setelah Kristus, adalah yang utama di antara bala tentara Allah.  Tapi Dia yang menginginkan kebebasan memilih untuk semua ciptaan-Nya, membiarkan semua terbuka bagi kebingungan yang menyesatkan itu, dimana pemberontakan itu akan mencari jalan untuk membenarkan diri. Sebelum pertandingan besar itu dimulai, semua harus mendapat penyajian yang jelas akan kehendak-Nya, Yang merupakan sumber hikmah dan kebaikan dari kesenangan mereka. (PP 36.1)

 

Raja alam semesta itu mengumpulkan bala tentara surgawi di hadapan-Nya, agar di hadapan mereka, Dia dapat menyatakan posisi yang sesungguhnya dari Anak-Nya, dan menunjukkan hubungan yang akan dialirkan kepada semua makhluk ciptaan. Anak Allah itu bersama-sama menduduki takhta Bapa, dan kemuliaan dari Yang kekal, Yang Esa, Yang sendirinya ada itu, mengelilingi keduanya. Di sekitar takhta, berkumpul para malaikat kudus, sejumlah besar, kerumunan yang tak terhitung—"jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa” (Wahyu 5:11), malaikat-malaikat yang termulia, sebagai pelayan dan kawula, bergembira dalam cahaya yang menerpa mereka yang berasal dari kehadiran Ilahi. Sebelum berkumpulnya penghuni-penghuni surga, Raja itu mengumumkan bahwa tidak seorangpun selain Kristus, Anak lahir yang tunggal Allah itu, yang dapat sepenuhnya memasuki rencana-rencana-Nya, dan kepada-Nya telah diberi kepercayaan untuk melaksanakan rencana agung yang sesuai dengan kehendak-Nya. Anak Allah itu telah terlibat dalam rencana Bapa dalam menciptakan semua penduduk surga; dan kepada Dia, sama seperti kepada Bapa, penghormatan dan kesetiaan mereka patut ditujukan. Kristus masih akan menjalankan kuasa Ilahi, untuk menciptakan bumi dan penghuni-penghuninya. Tapi dalam semua ini, Dia tidak akan mencari kuasa atau kemuliaan bagi Dirinya sendiri yang berlawanan dengan rencana Allah, tapi akan mengagungkan kemuliaan Bapa dan melakukan rencana kemurahan dan kasih itu.” (PP 36.2)

 

Para malaikat dengan gembira mengakui keagungan Kristus, dan sujud di hadapan-Nya, mencurahkan kasih dan kekaguman mereka. Lusifer sujud bersama mereka, tapi dalam hatinya ada sesuatu yang ganjil, yang sedang bertentangan dengan sengit. Kebenaran, keadilan, dan kesetiaan bertarung dengan iri hati dan kecemburuan. Pengaruh dari para malaikat kudus untuk sesaat tampak mempengaruhinya. Ketika lagu-lagu pujian terangkat dalam alunan yang merdu keluar seperti gelombang dari beribu-ribu suara yang gembira, roh jahat itu tampak ditaklukkan; kasih yang tak terucap menggetarkan seluruh tubuhnya; jiwanya mengalir keluar, harmonis dengan para penyembah yang tanpa dosa itu, dalam kasih kepada Bapa dan Anak. Tapi dia dipenuhi lagi dengan keangkuhan akan kemuliaannya sendiri. Keinginannya untuk mengungguli datang kembali, dan iri terhadap Kristus sekali lagi dimanjakan. Penghormatan yang tinggi yang diberikan pada Lusifer tidak dihargainya sebagai pemberian istimewa Allah. Dengan demikian, tidak ada rasa terima kasih untuk Penciptanya. Dia bermegah dalam kecerdasannya, meninggikan diri dan bertujuan untuk menjadi sederajat dengan Allah. Dia dicintai dan dihormati oleh penduduk surga. Para malaikat senang melaksanakan perintah-perintahnya, dan dia dipakaikan dengan hikmah dan kemuliaan yang melebihi mereka semua, namun Anak Allah itu diagungkan lebih tinggi dari dirinya, satu dalam kuasa dan otoritas dengan Bapa. Dia diikutsertakan dalam seluruh perundingan Bapa, sementara Lusifer tidak dapat memasuki rencana-rencana Allah. “Mengapa,” tanya malaikat yang perkasa ini, “Kristus harus memiliki keagungan yang lebih tinggi? Mengapa Dia dihormati melebihi Lusifer?” (PP 36.3)

 

Meninggalkan posisinya yang berada langsung di hadapan keberadaan Bapa, Lusifer pergi menyebarkan roh ketidakpuasan di antara para malaikat. Dia bekerja secara misterius dalam kerahasiaan, dan untuk sementara, menyembunyikan maksudnya yang sebenarnya di balik rupa seakan menghormati Allah. Dia mulai menyusupkan keragu-raguan tentang hukum-hukum yang memerintah makhluk-makhluk surgawi itu, mengisyaratkan bahwa walau hukum-hukum itu mungkin perlu bagi semua penghuni dunia, tapi bagi para malaikat, yang lebih mulia, tidak perlu diberi pengekangan yang sama, sebab kebijakan mereka adalah petunjuk yang cukup. Mereka bukan makhluk-makhluk yang dapat membawa aib kepada Allah; semua pikiran mereka suci; tidak mungkin bagi mereka untuk berbuat kesalahan, sama seperti Allah yang tidak mungkin berbuat salah. Penobatan Anak Allah menjadi sama dengan Bapa dinyatakan sebagai sesuatu yang tidak adil bagi Lusifer, yang menurut gugatannya, juga berhak untuk penghormatan dan penghargaan itu. Jika memang pemimpin para malaikat itu benar, posisi yang dimuliakan, dan kebaikan yang agung akan ditambahkan kepada semua penduduk surga; sebab adalah tujuannya untuk mencari kebebasan bagi semua. Tapi saat itu, bahkan kemerdekaan yang mereka sedang nikmati akan berakhir; sebab seorang penguasa mutlak telah diangkat oleh mereka, dan kepada otoritasnya mereka semua harus menyembah. Dalam penipuan halus melalui tipu daya, Lusifer cepat memperoleh dukungan surgawi. (PP 37.1)

 

Sebenarnya tidak ada perubahan dalam posisi dan otoritas Kristus. Kecemburuan Lusifer, penggambaran keliru dan pernyataan diri akan kesamaan derajatnya dengan Kristus, menyebabkan dibutuhkannya suatu pernyataan tentang posisi Anak Allah; tapi  hal ini adalah hal yang sama sejak semula. Namun demikian, banyak dari para malaikat, dibutakan oleh penipuan-penipuan Lusifer. (PP 38,1)

 

Mengambil keuntungan akan kasih dan kepercayaan setia yang diberikan padanya oleh makhluk-makhluk kudus yang ada di bawah komandonya, secara licik dia menanamkan dalam pikiran mereka ketidakpercayaan dan ketidakpuasan pribadinya, yang tidak dimengerti oleh agen-agennya itu. Lusifer menerangkan maksud-maksud Allah dalam terang yang salah—mengubah dan memutarbalikkan terang itu untuk membangkitkan perbedaan pendapat dan ketidakpuasan. Dengan cara yang licik, dia menarik perhatian para pendengarnya untuk mengekpresikan perasaan-perasaan mereka; kemudian ekspresi-ekpresi mereka diulanginya ketika hal itu dapat melayani tujuannya, yang dapat menjadi bukti bahwa para malaikat itu tidak sepenuhnya setuju dengan pemerintahan Allah. Sementara menyatakan bahwa dirinya tetap ada dalam kesetiaan yang sempurna kepada Allah, dia bersikeras bahwa perubahan-perubahan dalam peraturan dan hukum surga diperlukan untuk kestabilan pemerintahan Ilahi. Dengan begitu, sementara dia bekerja untuk menumbuhkan perlawanan kepada hukum Allah dan menyusupkan ketidakpuasan pribadinya ke dalam pikiran-pikiran para malaikat di bawah otoritasnya, dia berpura-pura sedang meniadakan ketidakpuasan dan mendamaikan para malaikat yang tak puas itu dengan peraturan surga. Sementara secara rahasia membentuk perselisihan dan pemberontakan, dengan kelicikannya yang sangat mahir, membuatnya tampak seakan-akan tujuan satu-satunya adalah untuk mempromosikan kesetiaan dan melestarikan keharmonisan dan damai. (PP 38.2)

 

Roh ketidakpuasan yang dinyalakan menghasilkan pekerjaan buruk. Walau tidak ada perpecahan secara terbuka, perasaan terbagi-bagi tanpa terasa tumbuh di antara para malakat. Ada beberapa yang mendukung tuduhan-tuduhan Lusifer yang melawan pemerintahan Allah itu. Kendati sebelumnya mereka sepenuhnya hidup harmonis sesuai peraturan yang Allah telah tetapkan, tapi mereka sekarang merasa tidak puas dan tidak senang sebab mereka tidak dapat menembusi rencana-Nya yang tak dapat ditelusuri itu; mereka tidak puas dengan kehendak-Nya dalam memuliakan Kristus. Mereka inilah yang siap sedia untuk menyokong tuntutan Lusifer untuk mendapatkan otoritas sederajat dengan Anak Allah. Tetapi para malaikat yang setia dan baik, tetap memegang kebijakan dan keadilan dari titah Ilahi dan berusaha keras untuk mendamaikan makhluk yang tidak merasa puas itu dengan kehendak Allah. Kristus adalah Anak Allah; Dia adalah satu dengan Dia (Bapa) sebelum malaikat-malaikat dipanggil menjadi ada. Dia telah berdiri di sebelah tangan kanan Bapa; keagungan-Nya, penuh dengan berkat bagi semua yang datang di bawah kuasa yang lemah lembut itu, hal ini sampai sekarang belum pernah dipertanyakan.  Keharmonisan surga belum pernah dipertanyakan; mengapa sekarang harus diperdebatkan? Para malaikat yang setia saja yang dapat melihat konsekuensi mengerikan dari pertikaian ini, dan dengan permohonan tulus, mereka menasihatkan mereka yang tak puas itu untuk meninggalkan maksud mereka dan membuktikan diri bahwa mereka setia kepada Allah dengan mentaati pemerintahan-Nya. (PP 38.3)

 

Dalam belas kasih yang besar, sesuai dengan karakter Ilahi-Nya, Allah bersabar dengan Lusifer untuk waktu yang lama. Roh persungutan dan ketidakpuasan belum pernah dikenal di surga. Hal ini adalah unsur yang baru, asing, misterius, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Lusifer sendiri mulanya belum pernah tahu sifat yang sebenarnya dari perasaan-perasaannya; sebab saat itu dia takut untuk mengekpresikan hasil kerja dan imaginasi pikirannya; namun begitu, dia tidak menyingkirkannya. Dia tidak melihat bahwa dia sedang hanyut. Tapi usaha-usaha agung dalam kasih tak terhingga dan hanya dapat dirancang oleh kebijaksanaan, dilakukan untuk meyakinkan akan kesalahannya. Ketidakpuasannya terbukti tidak beralasan, dan dia ditunjukkan untuk melihat akibat dari niat kerasnya dalam pemberontakan. Lusifer yakin bahwa dia ada di pihak yang salah. Dia melihat bahwa “Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya.” (Mazmur 145:17); bahwa ketetapan-ketetapan Ilahi adalah adil, dan dia haruslah mengakuinya di hadapan semua penduduk surga. Jika saja dia melakukan hal ini, dia mungkin dapat menyelamatkan dirinya dan banyak malaikat lain. Saat itu dia belum menolak sama sekali kesetiaannya pada Allah. Walaupun dia telah meninggalkan posisinya sebagai kerub penaung, tapi jika dia mau kembali kepada Allah, mengakui kebijakan Pencipta itu, dan puas untuk menempati tempat yang telah ditentukan baginya dalam rencana Allah yang agung itu, dia akan dipulihkan dalam pekerjaannya. Waktunya sudah tiba untuk keputusan terakhir; dia harus menyerah sepenuhnya pada kedaulatan Ilahi atau menempatkan dirinya dalam pemberontakan terbuka. Dia hampir saja sampai pada kesimpulan untuk kembali, tapi keangkuhan melarangnya. Adalah suatu pengorbanan yang besar bagi seorang yang sangat disanjungi itu untuk mengaku bahwa dirinya sudah keliru, bahwa imaginasi-imaginasinya salah, dan menyerah pada otoritas yang sedang dia usahakan untuk buktikan ketidakadilannya. (PP 39.1)

 

Pencipta yang penuh belas kasih itu, yang merasa kasihan pada Lusifer dan para pengikutnya, sedang mencari cara untuk menarik mereka kembali dari lubang kehancuran yang akan segera mereka terjuni. Tapi rahmat-Nya itu disalahartikan. Lusifer menunjuk pada kesabaran Allah yang besar itu sebagai bukti keunggulan dirinya, dan sebagai tanda bahwa Raja alam semesta itu akan setuju dengan ketentuan-ketentuannya. Jika para malaikat tetap berdiri teguh dengannya, katanya, mereka akan mendapatkan apa saja yang mereka inginkan. Dia bersikeras membela jalannya sendiri, dan berniat sepenuhnya dalam pertentangan besar melawan Pencipta-nya. Dengan demikian Lusifer, “pembawa obor,” sang pembagi kemuliaan Allah, pelayan takhta-Nya itu, oleh pelanggarannya, menjadi Setan, “musuh” Allah dan para makhluk kudus, dan menjadi pembinasa bagi mereka yang telah dipercayakan oleh Surga sebagai pemimpin dan wali. (PP 39.2)

 

Menolak dengan cara menghina akan nasihat-nasihat dan permohonan para malaikat yang setia, dia mencela mereka sebagai budak-budak yang tertipu. Pilihan yang ditunjukkan kepada Kristus, katanya, adalah tindakan ketidakadilan baik bagi dirinya dan bagi semua penghuni surga, dan mengumumkan bahwa dia tidak lagi dapat tunduk pada perampasan haknya dan hak para malaikat. Dia tak akan pernah lagi mengakui keunggulan Kristus. Dia memutuskan untuk mengambil kehormatan yang seharusnya diberikan padanya, dan mengambil alih pemerintahan dari semua yang akan menjadi pengikutnya; dan dia menjanjikan mereka yang akan bergabung dengannya, suatu  pemerintahan yang baru dan lebih baik, dimana semua akan menikmati kebebasan. Sejumlah besar malaikat mengindikasikan kemauan untuk menerima dia sebagai pemimpin mereka. Tersanjung oleh dukungan yang diterimanya, dia berharap untuk memenangkan semua malaikat di pihaknya, dalam usahanya menjadi sederajat dengan Allah Sendiri, dan dipatuhi oleh seluruh bala tentara surga. (PP 40.1)

 

Para malaikat yang setia masih mendorongnya dan para simpatisannya untuk menyerah kepada Allah; dan mereka menunjukkan akibat yang pasti terjadi jika mereka menolak: Dia yang telah menciptakan mereka, sanggup menggulingkan kekuasaan mereka dan menghukum dengan dahsyat pemberontakan mereka yang terang-terangan itu. Tidak ada malaikat yang dapat dengan sukses melawan hukum Allah, yang sama sakral dengan Diri-Nya Sendiri. Mereka memperingatkan semuanya untuk menutup telinga terhadap tipuan pikiran Lusifer, dan mendorongnya dan para pengikutnya untuk mencari kehadiran Allah tanpa ditunda-tunda, dan mengaku kekeliruan mereka dalam mempertanyakan kebijakan dan otoritas-Nya. (PP 40.2)

 

Mendengar nasihat ini, banyak yang membuang pikiran mereka, bertobat dari ketidakpuasan mereka, dan berusaha untuk diterima kembali ke dalam kemurahan Bapa dan Anak-Nya. Tapi Lusifer punya suatu tipuan lain yang siap dilontarkannya. Pemberontak yang perkasa itu kemudian menyatakan bahwa para malaikat yang telah bersatu dengannya telah melangkah terlalu jauh untuk kembali; bahwa dia kenal dengan hukum Ilahi, dan tahu bahwa Allah tidak akan mengampuni mereka. Dia menyatakan bahwa semua yang akan menyerah pada otoritas Surga, kehormatan mereka akan dicopot, dan diturunkan dari posisi mereka. Bagi dirinya, dia sudah berniat dengan pasti untuk tidak pernah lagi mengakui otoritas Kristus. Pilihan satu-satunya yang terakhir baginya dan para pengikutnya, katanya, adalah untuk menuntut kemerdekaan mereka, dan mendapatkan dengan cara paksa hak-hak yang belum diberikan  dengan sukarela kepada mereka. (PP 40.3)

 

Sejauh pemikiran Setan, adalah benar bahwa dia telah melangkah terlalu jauh untuk kembali. Tapi tidak demikian bagi mereka yang telah dibutahkan oleh tipuan-tipuannya. Bagi mereka, nasihat dan permohonan dari para malaikat yang setia telah membuka suatu pintu pengharapan; dan jika mereka menerima amaran itu, ada kemungkinan mereka dapat memisahkan diri jerat Setan. Tapi kebanggaan, cinta kepada pemimpin mereka, dan keinginan akan kemerdekaan yang tidak dibatasi, dibiarkan untuk menggoyahkan mereka, dan pintaan-pintaan kasih dan rahmat Ilahi akhirnya ditolak. (PP 41.1)

 

Allah mengizinkan Setan untuk meneruskan pekerjaannya sampai roh ketidakpuasan itu matang menjadi revolusi yang aktif. Adalah penting agar rencana-rencananya berkembang secara penuh, agar sifat dan kecenderungan yang sebenarnya dapat dilihat oleh semua. Lusifer, sebagai kerub yang diurapi, sangat ditinggikan; dia sangat dicintai oleh makhluk-makhluk surgawi, dan pengaruhnya kepada mereka begitu kuat. Pemerintahan Allah bukan hanya melingkupi para penduduk surga, tapi juga semua dunia yang telah Dia ciptakan; dan Lusifer telah menyimpulkan bahwa jika dia dapat menyeret semua malaikat surga dengannya dalam pemberontakan, dia juga dapat menyeret semua dunia. Dia telah menyajikan dengan licik pertanyaan dari pihaknya, menggunakan kesesatan dan kecurangan dalam mengamankan tujuan-tujuannya itu. Kuasanya untuk menipu sangat besar. Oleh menyamarkan diri di balik jubah kebohongan, dia memiliki keuntungan. Semua tindakannya diselubungi oleh misteri hingga sulit untuk diungkapkan kepada para malaikat sifat sebenarnya dari pekerjaannya itu. Sampai pekerjaan itu berkembang matang, kejahatan yang dahsyat di dalamnya tidak dapat ditunjukkan, dan ketidakpuasannya itu tidak akan tampak sebagai suatu pemberontakan. Bahkan para malaikat yang setiapun tidak dapat sepenuhnya mengerti karakternya, dan tidak dapat melihat arah dari pekerjaannya. (PP 41.2)

 

Mulanya Lusifer melaksanakan godaan-godaan yang dia sendiri tidak tau pasti. Para malaikat yang tak sepenuhnya dapat ditarik ke sisinya, dituduh tidak bersimpati pada kepentingan makhluk-makhluk surgawi. Sesuatu yang dia sendiri sedang lakukan, dia tuduhkan kepada para malaikat yang setia. Kebijakannya adalah untuk memperkusut tujuan-tujuan Allah dengan membuat penyanggahan yang halus. Segala sesuatu yang mudah, diselimutinya dengan kemisteriusan, dan dengan seni memutarbalikan, dia meletakkan keraguan pada perkataan-perkataan Yehovah yang paling jelaspun. Posisinya yang tinggi, yang berhubungan erat dengan pemerintahan Ilahi, memberi kekuatan yang lebih besar pada pernyataannya. (PP 41.3)

 

Allah hanya dapat melakukan apa yang sesuai dengan kebenaran dan keadilan. Tapi Setan dapat menggunakan apa yang Allah tidak dapat gunakan — yaitu rayuan dan tipuan. Dia mencari cara untuk memutarbalikkan firman Allah dan menyalahgunakan tujuan pemerintahan-Nya, menyatakan bahwa Allah tidak adil dalam memaksakan hukum-hukum-Nya kepada para malaikat; dengan mewajibkan penyerahan dan penurutan dari makhluk ciptaan-Nya, Dia hanya mencari kemuliaan diri sendiri. Oleh sebab itu, adalah perlu untuk mendemonstrasikan bagi semua penghuni surga, dan pada dunia-dunia, bahwa pemerintahan Allah adalah adil, hukum-Nya adalah sempurna. Setan telah membuat kesan yang nampak seolah-olah dirinya sedang berusaha mempromosikan kebaikan bagi alam semesta. Karakter yang sesungguhnya dari sang perampas kuasa itu dan tujuannya yang sebenarnya, haruslah dimengerti oleh semua. Dia harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan dirinya sendiri dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan kejinya. (PP 42.1)

 

Perselisihan di surga yang di sebabkan oleh perbuatannya sendiri, dituduhkan Setan ke atas pemerintahan Allah. Dia menyatakan bahwa semua kejahatan adalah hasil kerja dari administrasi Ilahi. Dia menyatakan bahwa adalah tujuannya untuk memperbaiki peraturan-peraturan Yehovah. Oleh sebab itu, Allah mengizinkan dia untuk mendemonstrasikan sifat sesungguhnya dari pernyataan-pernyataannya itu, untuk menunjukkan hasil dari perubahan yang diajukannya terhadap hukum Ilahi. Pekerjaannya sendirilah yang harus mengutuknya. Setan telah menyatakan sejak semula bahwa dia tidak dalam pemberontakan. Segenap semesta alam harus melihat kedok dari penipu itu terbuka. (PP 42.2)

 

Bahkan ketika dia ditolak dari surga, kebijakan yang tanpa batas itu tidak memusnahkan Setan. Sebab hanya pelayanan kasih yang dapat diterima oleh Allah, kepatuhan dari para makhluk ciptaan-Nya haruslah terletak pada keyakinan akan keadilan dan kebajikan-Nya. Para penghuni surga dan dunia-dunia lain, yang belum siap untuk mengerti hakikat atau akibat-akibat dari dosa, saat itu tidak dapat melihat keadilan Allah dalam menghancurkan Setan. Jika dia langsung dihapuskan dari keberadaan, banyak yang akan melayani Allah karena takut dan bukan karena kasih. Pengaruh si penipu tidak akan sepenuhnya dapat dihancurkan, dan roh pemberontakan tidak akan dapat sama sekali dibasmi. Untuk keuntungan segenap alam semesta sepanjang masa, dia harus secara lebih penuh mengembangkan prinsip-prinsipnya, agar tuduhan-tuduhannya terhadap pemerintahan Ilahi akan dapat dilihat dalam terang yang sesungguhnya oleh semua makhluk ciptaan, dan keadilan, belas kasih Allah dan kekekalan hukum-hukum-Nya akan selamanya ditempatkan di atas semua pertanyaan. (PP 42.3)

 

Pemberontakan Setan harus menjadi suatu pelajaran bagi alam semesta sepanjang masa yang akan datang—sebagai suatu kesaksian yang abadi tentang hakikat dosa dan hasilnya yang mengerikan. Hasil akhir dari peraturan Setan, akibat-akibatnya, baik kepada manusia dan kepada para malaikat, akan menunjukkan hasil pasti dari penyisihan otoritas Ilahi. Hal ini akan menunjukkan bahwa keberadaan pemerintahan Allah, mengikat kesejahteraan semua makhluk yang telah diciptakan-Nya. Oleh sebab itu, sejarah dari percobaan buruk pemberontakan ini akan menjadi perlindungan abadi bagi semua makhluk kudus, untuk mencegah mereka ditipu dalam hakikat pelanggaran, menjaga mereka dari berbuat dosa dan menderita hukumannya. (PP 42.4)

 

Dia yang memerintah segenap surga adalah satu-satunya yang melihat akhir zaman dari permulaan—Yang kepada-Nya terhampar semua misteri baik sejak zaman dahulu maupun zaman yang akan datang, dan Seorang yang, dibalik kesengsaraan, kegelapan dan kehancuran yang diakibatkan oleh dosa, mampu melihat keberhasilan akan rencana-rencana-Nya yang penuh kasih dan berkat. Walaupun “awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.” Mazmur 97:2. Dan suatu hari nanti, hal ini akan dimengerti oleh para penghuni alam semesta, baik yang setia dan yang tidak setia. “Pekerjaan-Nya sempurna; karena segala jalan-Nya adil; Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.” Ulangan 32.4. (PP 43.1)