Pencobaan & Kejatuhan
Terjemahan bebas oleh Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org
Sebelum kejatuhan Setan, Bapa berunding dengan Anak-Nya sehubungan dengan penciptaan manusia. Mereka merencanakan untuk menciptakan dunia, binatang-binatang dan kehidupan dalamnya, dan membuat manusia dalam gambar Allah, untuk memerintah sebagai raja di atas segala makhluk hidup yang akan diciptakan Allah. Ketika Setan mengetahui rencana Allah itu, dia menjadi cemburu dan dengki pada Kristus sebab Bapa tidak konsultasi dengannya tentang penciptaan manusia. Setan berkedudukan tertinggi di antara para malaikat; tetapi Kritus lebih tinggal dari semuanya. Dia adalah panglima seluruh surga. Dia dinyatakan oleh Bapa-Nya kepada keluarga malaikat sebagai Panglima Tinggi. Cemburu dan dengki Setan bertambah. Sebelum pemberontakan-nya, seluruh surga ada dalam suasana harmonis dan dalam penurutan yang sempurna kepada pemerintahan Allah. Setan mulai menyusupkan rasa ketidakpuasan kepada para malaikat lain, dan sebagian setuju untuk membantu-nya dalam pemberontakan-nya itu. Setan merasa tidak puas dengan posisi-nya. Kendati dia sangat ditinggikan, dia ingin menjadi sama dengan Allah; dan jika Tuhan tidak mengabulkan ambisi-nya itu, dia bertekad untuk memberontak, dan menolak untuk takluk. Dia mengidamkan tapi belum berani secara terbuka untuk menunjukkan rasa cemburu dan benci. Dia menahan diri dalam usaha-nya untuk mendapatkan semua yang simpati dengan dia, seolah dia telah diperlakukan dengan sangat tidak adil. Dia menyampaikan kepada mereka ide untuk berperang melawan Yehovah.
Malaikat-malaikat yang baik dan setia mendengarkan ancaman-ancaman Setan yang buruk itu, dan segera melaporkan kepada panglima besar mereka. Kristus berkata pada mereka bahwa dia dan Bapa mengetahui maksud-maksud Setan, dan bahwa mereka sabar menunggu untuk melihat berapa banyak yang akan bergabung dengan-nya untuk memberontak melawan pemerintahan Allah. Dia berkata kepada mereka bahwa setiap maksud Setan telah dimengerti. Adalah suatu kejahatan terbesar untuk memberontak melawan pemerintahan Allah. Seluruh surga tampak dalam kericuhan. Para malaikat dipersiapkan sesuai dengan tugas mereka, masing-masing dengan komandan malaikat sebagai pemimpin mereka. Seluruh malaikat bersiap siaga. Setan menyatakan perang melawan pemerintahan Allah karena ambisi-nya untuk mengagungkan diri sendiri dan tidak ingin mengakui otoritas Anak Allah, sebagai panglima besar Surga.
Sementara sebagian malaikat bergabung dengan Setan dalam pemberontakkan-nya, yang lain coba membujuk untuk menghalangi-nya melakukan tujuan-nya, dan membela kehormatan dan kebijakan Allah dalam memberikan otoritas kepada Anak-Nya. Setan mendesak, untuk alasan apa Kristus diberi kuasa tanpa batas dan lebih tinggi di atas diri-nya! Dia berdiri dengan angkuh, dan menganjurkan bahwa dia haruslah menjadi sama dalam kedudukan dengan Allah. Dia mebanggakan diri-nya kepada para simpatisan-nya bahwa dia tidak akan tunduk pada otoritas Kristus.
Akhirnya semua malaikat dipanggil untuk menunjukkan diri mereka di hadapan Bapa, agar setiap perkara mereka dapat diputuskan. Dengan blak-blakan Setan menyatakan kepada seluruh keluarga surga tentang ketidakpuasan-nya bahwa Kristus lebih ditinggikan dari-nya, dan termasuk dalam rapat pribadi dengan Allah, sementara dia tidak diberitahu tentang keputusan-keputusan rapat yang selalu dilakukan. Allah menginformasikan Setan bahwa hal itu tidak akan pernah diberitahukan pada-nya. Bahwa hanya kepada Anak-Nya Dia menyatakan rahasia rencana-rencana-Nya, dan bahwa seluruh keluarga Surga, tidak terkecuali Setan, diwajibkan menurut secara mutlak. Dengan berani Setan mengumumkan pemberontakan-nya, dan menunjuk pada sekelompok besar malaikat yang berpendapat sama bahwa Allah tidak adil karena tidak memuliakan diri-nya setara dengan Allah, dan tidak memberikan-nya kuasa di atas Kristus. Dia nyatakan bahwa dia tidak dapat tunduk di bawah komando Kristus, hanya komando-komando Allah sajalah yang akan dia patuhi. Para malaikat yang baik menangis mendengarkan kata-kata Setan, mereka melihat bagaimana dia benci mengikuti petunjuk Kristus, Komandan mereka yang agung dan penuh kasih.
Bapa memutuskan perkara Setan, dan menyatakan bahwa dia harus dikeluarkan dari Surga karena beraninya dia memberontak, dan bahwa semua yang bersatu dengan-nya, harus dikeluarkan bersama-nya. Selanjutnya terjadi peperangan di Surga. Kristus dan malaikat-malaikat-Nya berperang melawan Setan dan malaikat-malaikat-nya, sebab mereka bersikeras tinggal di dalam Surga dengan semua pemberontakan mereka. Tetapi mereka tidak menang. Kristus dan para malaikat yang setia menang, dan mengusir Setan dan para pemberontak simpatisan-nya dari Surga.
Ketika Adam dan Hawa ditempatkan di taman yang indah, mereka memiliki segala sesuatu yang mereka senangi. Tetapi Dia dalam kebijakan-Nya yang agung memilih untuk mengetes kesetiaan mereka sebelum mereka dapat dianugerahkan keamanan sentosa untuk selamanya. Dia mengasihi mereka dan selalu bercakap dengan mereka, demikian juga sebaliknya. Namun demikian, Dia tidak menjauhkan kejahatan dari mereka. Setan diizinkan untuk menggoda mereka. Jika mereka telah melewati suatu ujian, mereka akan selamanya mendapatkan pertolongan Allah dan para malaikat surgawi.
Para malaikat Allah selalu mengunjungi Adam dan Hawa dan menceritakan pada mereka tentang kejatuhan Setan, dan memperingatkan mereka untuk selalu berjaga-jaga. Mereka mengingatkan untuk tidak berjalan secara terpisah dalam melakukan tugas mereka, sebab ada kemungkinan bahwa mereka akan bertemu dengan musuh yang tercampak itu. Jika salah satu dari mereka sendiri, mereka akan berada dalam bahaya yang lebih besar daripada jika mereka bersama-sama. Para malaikat selalu mendorong mereka untuk mengikuti instruksi-instruksi yang telah diberikan Allah pada mereka, sebab dalam penurutan sempurna, mereka aman, dan musuh yang jatuh itu tidak akan memiliki kuasa untuk menipu mereka. Allah tidak mengizinkan Setan mengekori pasangan suci itu dengan cobaan-cobaan yang tak ada hentinya. Dia hanya diperbolehkan mendekati mereka pada pohon pengetahuan baik dan jahat.
Hawa memisahkan diri dari sisi suaminya, dan memandang dengan rasa ingin tahu dan kagum akan pohon terlarang itu. Setan, dalam bentuk seekor ular, berbicara dengan Hawa. Ular itu tidak diberi kuasa untuk berbicara, tapi Setan menggunakannya sebagai suatu perantara. Setanlah yang berbicara, bukan si ular. Hawa tertipu, mengira bahwa si ularlah yang berbicara. Ular adalah makhluk yang sangat cantik lengkap dengan sayap; dan ketika terbang di udara ia tampak sangat cemerlang, warnanya menyerupai emas yang dipoles. Ia tidak merayap di atas tanah tapi melayang dari satu tempat ke tempat yang lain di udara, dan memakan buah-buahan seperti manusia.
Keingintahuan Hawa makin menjadi. Gantinya lari meninggalkan tempat itu, dia mendengarkan sang ular itu berkata-kata. Suara yang asing itu seharusnya menyebabkan dia pergi ke samping suaminya dan menanyakan mengapa ada yang lain yang dengan bebas menyapa-nya. Tapi dia malah berbantahan dengan ular itu. Dan katanya kepada perempuan itu, “Hei, apakah Allah berkata bahwa kamu tidak boleh makan semua buah di taman ini?” Ia memulai perdebatan itu dalam bentuk pertanyaan. Hawa menjawab, “Kami boleh makan buah dari pohon-pohon di taman ini, kecuali buah dari pohon yang ada di tengah-tengah taman ini, kata Allah, kamu tidak boleh memakannya, tidak boleh menjamahnya juga, agar jangan kamu mati.” Ular itu menjawab, “Kamu pastilah tidak akan mati; sebab Allah tahu bahwa pada hari kamu memakannya, mata kamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, mengetahui yang baik dan yang jahat.”
Setan menyampaikan ide bahwa dengan memakan buah pohon terlarang itu, mereka akan mendapat pengetahuan yang baru dan lebih tinggi daripada yang mereka telah dapatkan. Hal ini adalah pekerjaan khusus Setan yang membawa sukses besar sejak kejatuhannya, yaitu menuntun manusia ingin tahu rahasia Yang Mahakuasa, tidak merasa puas dengan apa yang Allah telah nyatakan, dan tidak cermat mematuhi apa yang telah diperintahkan. Dia menuntun mereka pada pelanggaran akan hukum-hukum Allah, dan kemudian meyakinkan mereka bahwa mereka sedang memasuki bidang pengetahuan yang dianggap murni, merupakan suatu penipuan yang tidak menyenangkan. Mereka gagal untuk mengerti apa yang Allah telah nyatakan, mengabaikan perintah-perintah-Nya yang sangat jelas, menginginkan pengetahuan yang terpisah dari Allah, dan coba mengerti sesuatu yang Allah telah maksudkan untuk tidak diketahui oleh manusia yang fana. Mereka senang dengan perkembangan ide-ide mereka, dan terpesona dengan filsafat mereka sendiri yang sia-sia; yang bagaikan meraba-raba di gelapnya tengah malam jika dibandingkan dengan pengetahuan yang benar itu. Mereka akan tetap belajar, dan tidak akan pernah mendapati pengetahuan yang benar.
Bukanlah maksud Allah bahwa pasangan kudus itu mendapatkan pengetahuan tentang yang jahat. Dengan limpah, Dia telah mengaruniakan mereka segala yang baik, tapi Dia menyimpan pengetahuan yang jahat. Hawa pikir bahwa kata-kata ular itu bijak, dan dia menerima pernyataan meluas, “Kamu tentu saja tidak akan mati; sebab Allah tahu bahwa pada hari kamu memakannya, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi sama seperti allah, mengetahui yang baik dan yang jahat” – yang menjadikan Allah sebagai seorang pendusta. Dengan berani Setan menyarankan bahwa Allah telah menipu mereka, dan menghalangi mereka terangkat dalam pengetahuan yang setara dengan Diri-Nya. Kata ular itu, jika kamu makan “kamu tentu saja tidak akan mati.” Dia memakan dan manyukai buah itu. Tampaknya enak sesuai dengan rasanya, sambil membayangkan bahwa dia menyadari ada efek-efek baik dari buah itu. Dia mengambil buah itu, mendapatkan suaminya dan menyampaikan kata-kata ucapan sang ular, dan berkata padanya bahwa memakan buah itu dia merasakan, bukan kematian, tetapi suatu pengaruh yang menyenangkan. Segera setelah Hawa melanggar perintah, dia menjadi suatu alat ampuh yang mengakibatkan kejatuhan suaminya.
Saya melihat suatu kesedihan menyelubungi raut wajah Adam. Dia tampak takut dan takjub. Suatu pergolakkan tampak berlangsung dalam pikiran-nya. Dia berkata pada Hawa bahwa dia sungguh yakin itulah musuh yang telah diamarkan pada mereka. Jika benar demikian, maka hawa harus mati. Hawa meyakinkan-nya bahwa dia tidak merasakan efek sakit, tapi malah merasakan suatu pengaruh menyenangkan dan memohon-nya untuk makan juga. Adam menyesali bahwa Hawa telah pergi dari sampingnya, tapi segalanya sudah terjadi. Dia harus dipisahkan dari Hawa, dengan siapa hubungan mereka berdua sangat dicintai Adam. Bagaimana mungkin dia hidup tanpanya. Cintanya kepada Hawa sangat kuat. Dan dalam kekecewaan yang amat sangat dia memutuskan untuk berbagi takdir dengan Hawa. Dia meraih buah itu dan dengan cepat memakannya, dan seperti Hawa, dia tidak langsung merasakan efek-efek sakit. Adam telah melanggar dan jatuh.
Dengan sendirinya, Hawa sebetulnya mampu memutuskan mana yang baik dan yang jahat. Harapan menggiurkan untuk memasuki kedudukan yang lebih tinggi dalam pengetahuan, telah menuntun-nya kepada pemikiran bahwa ular itu adalah teman khusus, yang memiliki suatu maksud yang baik demi kesejahteraan-nya. Jika saja dia mencari suami-nya dan bersama mereka berkonsultasi dengan Pencipta mereka akan apa yang dikatakan ular itu, mereka akan segara dijauhkan dari cobaan licik setan itu.
Allah telah memberi instruksi pada orang tua pertama kita itu tentang pohon pengetahuan baik dan jahat, dan mereka diberikan penjelasan penuh tentang kejatuhan Setan dan bahayanya mendengarkan anjuran-anjuran-nya. Allah tidak menghilangkan kuasa mereka untuk memakan buah terlarang itu. Dia membiarkan mereka sebagai agen-agen yang memiliki kuasa memilih untuk mempercayai perkataan-Nya, mematuhi perintah-perintah-Nya dan hidup; atau mempercayai si penggoda, tidak patuh dan binasa. Mereka berdua telah memakan buah itu, dan pengetahuan besar yang mereka dapatkan adalah dosa dan rasa bersalah. Seketika setelah terang yang menjubahi mereka hilang, dalam perasaan bersalah dan kehilangan jubah ilahi, mereka mengigil dan coba menutupi tubuh mereka yang telanjang. Tuhan tidak membiarkan mereka menyimak buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat itu sebab mereka akan melihat kedok Setan. Dia tahu bahwa mereka pasti akan terhindar jika mereka tidak menyentuh buah itu.
Orang tua pertama kita itu memilih untuk percaya pada kata-kata—dimana pikir mereka, adalah seekor ular, yang belum pernah memberikn mereka kasih sayang-nya. Dia (si ular) belum pernah melakukan apapun yang membuat bahagia dan menguntungkan mereka; sementara Allah telah memberikan mereka segala yang baik untuk makanan dan untuk dipandangi mereka. Di mana saja mata memandang, terlihat segala sesautu yang berlimpah dan indah; tapi Hawa bisa saja tertipu oleh si ular dengan berpikir bahwa ada sesuatu yang tersembunyi yang dapat membuat mereka bijak sama dengan Allah. Gantinya mempercayai dan mengaku pada Allah, tanpa alasan, dia tidak mempercayai kebaikan Allah malah menghargai kata-kata Setan.
Kejahatan mereka sekarang terbentang di hadapan mereka dalam karakter nyata yang sangat buruk. Adam mencela kebodohan Hawa karena meninggalkan-nya dan tertipu oleh si ular. Mereka berdua meyakinkan diri mereka bahwa Allah yang telah memberi mereka segala sesuatu untuk membuat mereka bahagia, dapat saja mengizinkan ketidakpatuhan itu oleh karena kasih-Nya yang besar pada mereka, dan pada akhirnya hukuman mereka tidak akan terlalu mengerikan.
Setan berbangga dalam kesuksesannya. Dia berhasil mencobai perempuan itu untuk tidak mempercayai Allah, mempertanyakan kebijakan-Nya, dan melanjutkan rencana-rencana yang sangat bijaksana itu. Melalui Hawa, dia telah menyebabkan keruntuhan Adam yang karena cinta-nya pada Hawa, tidak mematuhi perintah Allah dan jatuh bersama-nya.
Kabar tentang kejatuhan manusia itu tersebar ke seluruh Surga—semua harpa terhenti. Para malaikat mencampakkan mahkota dari kepala mereka dalam kesedihan. Seluruh Surga gelisah. Para malaikat berduka karena rasa tidak berterima kasih manusia itu, sebagai gantinya kekayaan yang berlimpah yang diberikan Allah. Diadakanlah sebuah rapat untuk memutuskan apa yang harus dilakukan kepada pasangan yang bersalah itu. Para malaikat kuatir bahwa mereka akan menjamah dan memakan dari pohon kehidupan, dengan demikian mengabadikan suatu hidup yang berdosa.
Sudah menjadi tujuan Setan untuk menuntun Adam dan Hawa melawan Allah, menerima kecemberutan-Nya, dan berharap bahwa mereka kemudian dapat makan dari pohon kehidupan dan hidup di dalam dosa. Tapi Allah berkata bahwa Dia akan mengeluarkan pelanggar-pelanggar itu dari dalam taman. Malaikat-malaikat segera ditugaskan untuk menjaga jalan kepada pohon kehidupan, agar mereka tidak dapat mendekati pohon itu. Ketika Adam dan Hawa mendengar suara agung Allah mendekat, mereka menyembunyikan diri mereka dari tinjauan-Nya—dengan siapa mereka sangat senang untuk bertemu pada saat mereka masih suci.
Allah mengutuk tanah karena dosa mereka memakan dari buah pengetahuan baik dan jahat itu, dan menyatakan, “Di dalam kepiluah kamu akan makan darinya sepanjang umur hidupmu.” Dia memberikan mereka bagian yang baik, tapi menyimpan yang jahat dari mereka. Sekarang, Allah menyatakan bahwa mereka akan makan dari hal yang jahat itu, sepanjang hidup mereka.
Sejak saat itu, pertarungan akan diderita melalui cobaan-cobaan Setan. Suatu hidup yang selalu bergumul dan gelisah ditentukan bagi Adam, gantinya kebahagiaan dan pekerjaan yang penuh kegembiraan yang dia telah alami dengan senang hati. Dia berkata kepada Adam, “Duri dan semak akan ditumbuhkan buatmu; dan kamu akan makan tumbuh-tumbuhan dari padang. Dengan keringat wajahmu akan kamu makan roti sampai kamu kembali menjadi tanah; sebab dari tanah kamu berasal, kepada debu kamu akan kembali.” Sekali lagi Allah menentukan hukuman mati untuk mereka, dan menyatakan bahwa mereka harus menjalaninya. Para malaikat kudus dikirim untuk mengeluarkan pasangan yang melanggar itu dari taman, sementara malaikat-malaikat yang lain menjaga jalan menuju pohon kehidupan. Masing-masing malaikat perkasa itu terlihat memilliki suatu pedang yang berkilau.
Adam dikeluarkan dari taman yang indah itu untuk membajak tanah darimana dia berasal. Dan Allah menjaga pohon kehidupan itu dengan banyak pedang bernyala-nyala yang bergerak ke segala arah, agar jangan manusia itu mamakan dari pohon itu dan mengabadikan hidup yang berdosa.
Dalam kerendahan hati dan kesedihan yang tak terkatakan, Adam dan Hawa meninggalkan taman indah itu dimana mereka pernah merasakan kebahagiaan hingga saat mereka tidak mematuhi perintah Allah. Suasana berganti, dan tidak lagi sama seperti sebelum pelanggaran mereka. Allah memakaikan mereka baju dari kulit untuk melindungi mereka dari rasa dingin dan panas yang saat itu harus mereka hadapi.
Seluruh Surga berduka karena ketidak patuhan dan kejatuhan Adam dan Hawa, yang membawa murka Allah di atas seluruh umat manusia. Mereka diputuskan dari komunikasi dengan Allah, dan terpuruk dalam kesengsaraan tanpa harapan. Hukum Allah tidak dapat dirubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan manusia, sebab dalam ketentuan Allah, hukum itu tidak akan pernah kehilangan kuasanya, atau menyerah pada bagian terkecilpun dari pernyataan hukum tersebut.
Anak Allah berbelas kasihan pada manusia yang jatuh. Dia tahu bahwa hukum dari Bapa-Nya tidak berubah seperti Diri-Nya Sendiri. Dia hanya dapat melihat satu jalan keluar dari si pelanggar. Dia menawarkan Diri-Nya kepada Bapa-Nya sebagai suatu korban bagi manusia, untuk mengambil alih rasa bersalah dan hukuman mereka ke atas diri-Nya dan menebus mereka dari kematian, dengan mati sebagai ganti mereka yang akn membayar uang tebusan itu. Bapa setuju untuk memberikan Anak terkasih-Nya itu kepada umat berdosa; dan melalui jasa-jasa-Nya dan janji-janji perantaraan, manusia akan diterima kembali dalam kebaikan-Nya, dan kekudusan dipulihkan kepada semua yang akan menerima penebusan dosa yang ditawarkan dengan penuh kasih kemurahan, dan sesuai dengan hukum-Nya. Demi Anak-Nya yang terkasih, Bapa bersabar melaksanakan eksekusi kematian, dan kepada Kristus, Diserahkan-Nya umat manusia yang jatuh itu.
Catatan Penting dari Penerjemah:
Bab ini diterjemahkan dari Buku: Spiritual Gifts, Vol. 3, Bab. 2 “The Temptation & Fall”, sebagai bukti bahwa Kristus Yesus Tuhan kita sudah disebut Anak Allah sebelum kejatuhan Adam. Ini membuktikan bahwa doktrin Trinitas yang mengajarkan bahwa Yesus hanya disebut Anak Allah setelah kelahiran-Nya di Betlehem, tidak sesuai ajaran Roh Nubuat dan Alkitab. (Baca juga: “Mengapa Dosa Diizinkan” yang diterjemahkan dari buku: Patriarchs and Prophets, Bab 1).