Sikap Dalam Doa
/Sikap Dalam Doa
Oleh: Yolanda Kalalo-Lawton www.agapekasih.org
Akhir-akhir ini postur tubuh dalam melayangkan doa sering diperdebatkan di kalangan umat-umat Tuhan. Ada sekelompok umat yang sangat ‘saleh,’ mengajarkan bahwa kita harus selalu berlutut dalam melayangkan doa kepada Allah, menjadikannya sebagai doktrin, yang harus dipraktekkan setiap kali mereka berdoa, termasuk di tempat-tempat umum yang dihadiri oleh orang-orang yang bukan Kristen, seperti upacara penguburan. Sementara maksud dan tujuan mereka adalah baik, tetapi dasar doktrinnya tidak benar. Marilah kita simak apa kata Alkitab dan Roh Nubuat.
Alkitab
Berlutut
Sikap berlutut memang sering dipraktekkan dalam Alkitab. Daniel berdoa dan berlutut tiga kali sehari: “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” Daniel 6:10 (11).
Stefanus berdoa dan jatuh berlutut sebelum dia menghembuskan nafas terakhir: “Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.” Kisah 7:60.
Petrus berlutut ketika dia berdoa untuk membangkitkan Tabita: “Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.” Kisah 9:40.
Paulus mempraktekkan hal yang sama: ”Sesudah mengucapkan kata-kata itu Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua.” Kisah 20:36.
Berdiri
Sikap berdiri saat melayangkan doa juga lazim dipraktekkan di zaman Alkitab.
Raja Yosafat berdiri di tengah-tengah bangsa Yahudi memohon kepada Allah untuk memerangi bangsa Moab dan Edom: “Lalu Yosafat berdiri di tengah-tengah jemaah Yehuda dan Yerusalem di rumah TUHAN, di muka pelataran yang baru.” 2 Tawarikh 20:5. Dan semua bangsa Yahudi juga berdiri di hadapan Tuhan (ayat 13).
Hana berdiri sewaktu dia sedang berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan seorang anak: “Lalu kata perempuan itu: "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN.” 1 Samuel 1:26.
Ayub berdiri dan menanti jawaban Allah: “Aku berseru minta tolong kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menjawab; aku berdiri menanti, tetapi Engkau tidak menghiraukan aku.” Ayub 30:20.
Orang-orang Yahudi mempunyai kebiasaan untuk berdiri sambil berdoa baik dalam kaabah maupun di sudut-sudut jalan untuk memamerkan kesalehan mereka. Yesus menegur kesombongan mereka, tetapi Dia tidak mengatakan bahwa sikap mereka saat melayangkan doa yaitu ‘berdiri’ adalah salah (Matius 6:5). Bahkan Alkitab mencatat bahwa Yesus menyokong postur tubuh ‘berdiri.’ Dia berkata kepada murid-murid-Nya: “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Markus 11:25.
ikap ‘berdiri’ ketika melayangkan doa, melambangkan kebebasan untuk menghampiri Allah kita sebagai seorang Bapa, Seorang yang telah mengaruniakan hak istimewa kepada kita untuk memohon pertolongan, bimbingan dan berkat-Nya, tetapi tetap mengakui bahwa Allah adalah juga Raja alam semesta yang kita hormati. Hal ini digambarkan dalam kisah ratu Ester ketika dia datang menghadap raja Ahasyweros dengan permohonan penting dalam hatinya: “Ketika raja melihat Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah Ester dan menyentuh ujung tongkat itu.” Ester 5:2.
Duduk
Praktek berdoa dalam posisi duduk sangat jarang dalam Alkitab, tetapi tidak absen sama sekali. Contohnya adalah raja Daud: “Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?” 2 Samuel 7:18.
Sikap ini biasanya dilakukan oleh seseorang untuk memohon instruksi Tuhan melalui nabi-Nya. Contoh-contoh:
“Elisa kembali ke Gilgal pada waktu ada kelaparan di negeri itu. Dan ketika pada suatu kali rombongan nabi duduk di depannya, berkatalah ia kepada bujangnya: "Taruhlah kuali yang paling besar di atas api dan masaklah sesuatu makanan bagi rombongan nabi itu." 2 Raja-raja 4:38. “Pada tahun keenam, dalam bulan yang keenam, pada tanggal lima bulan itu, waktu aku duduk di rumahku berhadap-hadapan dengan para tua-tua Yehuda, kekuasaan Tuhan ALLAH meliputi aku di sana.” Yehezkiel 8:1. “Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram.” Yehezkiel 33:31.
Berbaring
Alkitab juga mencatat bahwa raja Daud berdoa dan bermeditasi kepada Tuhan ketika dia sedang berbaring di atas tempat tidurnya.
“Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam.” Mazmur 63:6 (7).
“Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela.” Mazmur 4:4.
Sujud/Tiarap
Sikap sujud dengan wajah menghadap tanah atau sikap tiarap, juga dipraktekkan di zaman Alkitab:
Saat Yesus berdo’a di taman Getsemani: “Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya.” Markus 14:35.
Yosafat bersyukur bahwa Tuhan menjawab doanya untuk memerangi musuhnya: “Lalu berlututlah Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalempun sujud di hadapan TUHAN dan menyembah kepada-Nya.” 2 Tawarikh 20:14.
Musa dan Harun memohon agar Allah tidak menurunkah tulah kepada bani Israel: “Tetapi sujudlah mereka berdua dan berkata: "Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk! Satu orang saja berdosa, masakan Engkau murka terhadap segenap perkumpulan ini?" Bilangan 16:22.Yosua sangat sedih ketika bangsa Israel dikalahkan oleh orang-orang Ai: “Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel, sambil menaburkan debu di atas kepalanya.” Yosua 7:6.
Roh Nubuat
Berlutut
Naskah nomor 21 tentang sikap yang benar dalam doa, ditulis oleh Ny. White yang ditujukan kepada mereka yang mengajarkan bahwa cara yang layak untuk berdoa kepada Tuhan adalah dengan berdiri. Dengan latar belakang ini, Ny. White menasihatkan hal-hal berikut:
“Saya menerima surat-surat yang menanyakan tentang sikap yang pantas yang harus dilakukan oleh seseorang ketika melayangkan doa kepada Penguasa alam semesta. Dari manakah saudara-saudara kita mendapat ide bahwa mereka harus berdiri di atas kedua kaki mereka saat berdoa kepada Allah? Salah seorang yang telah mendapat pendidikan di Battle Creek selama lima tahun diminta untuk melayangkan doa pembukaan sebelum Ny. White berbicara di depan para umat. Tapi ketika saya menatapnya berdiri tegak di atas kakinya saat bibirnya akan mengucapkan doa kepada Allah, jiwa saya bercampur aduk dalam diri saya untuk menegurnya secara terbuka. Dengan menyebut namanya, saya berkata, “berlututlah.” Ini adalah sikap yang selalu layak.” 21MR 59.1.
“Baik di umum dan dalam ibadah pribadi, adalah kewajiban kita untuk berlutut di hadapan Allah ketika kita menyampaikan permohonan kita kepada-Nya. Tindakan ini menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah.” 21MR 61.1
Ketika Ny. White menuliskan bahwa baik di umum dan ibadah pribadi kewajiban kita adalah berlutut dalam melayangkan doa, hal ini ditulis beliau sehubungan dengan ibadah umum kegerejaan, bukan untuk acara-acara umum lainnya. Simaklah tulisan-tulisan Ny. White berikut:
Sujud/Membungkuk
“Sesuai dengan terang yang diberikan kepada saya, Allah akan senang apabila para pendeta sujud/membungkuk segera setelah mereka melangkahkan kaki di atas mimbar, dan dengan kesungguhan memohon pertolongan Allah. Apa kesannya? Akan ada kesungguhan dan kekaguman di antara para umat. Pendeta mereka sedang berkomunikasi dengan Allah; dia sedang menyerahkan diri sendiri kepada Allah sebelum dia berani berdiri di hadapan para umat. Kesungguh-sungguhan akan tinggal di antara para umat, dan malaikat-malaikat Allah akan lebih dekat. Para pendeta haruslah melihat kepada Allah terlebih dahulu saat mereka datang dalam meja tugas, dengan demikian ini mengatakan kepada semua: Allahlah sumber kekuatanku. Testimonies for the Church 2:612.
Tidak Selalu Harus Berlutut
Tidak selalu kita dapat berlutut dalam doa, tapi jalan menuju kepada kursi belas kasihan selalu terbuka. Sementara aktif melakukan pekerjaan, kita dapat memohon pertolongan; dan kita telah diberi janji oleh Seorang yang tidak akan menipu kita, “Kamu akan menerimanya.” Orang Kristen dapat dan akan menyediakan waktu untuk berdoa. Daniel adalah seorang negarawan; kewajiban-kewajiban berat berada di atasnya; tapi tiga kali sehari dia mencari Allah, dan Tuhan memberikannya Roh Kudus. Sekarang manusia dapat mengasingkan diri ke paviliun kudus Yang Maha Tinggi dan merasakan kepastian janji-Nya, “Umat-Ku akan tinggal di tempat yang damai, dan kediaman-kediaman yang pasti, dan tempat-tempat perhentian yang tenang.” Yesaya 32:18. Semua yang sungguh menginginkan, dapat menemukan suatu tempat untuk berkomunikasi dengan Allah, di mana tidak ada telinga yang mendengar selain Dia yang mendengar tangisan-tangisan mereka yang tak berdaya, tertekan, dan membutuhkan—Seorang yang tahu bahkan ketika burung pipit yang kecil jatuh. Dia berkata, “Kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.” Matius 10:31 Counsels on Health, 423, 424.
Alasan mengapa banyak yang menempatkan diri mereka pada tempat-tempat pencobaan adalah karena mereka tidak selalu menempatkan Tuhan sebelum diri mereka sendiri. Ketika kita membiarkan persekutuan dengan Allah terputus, pembela kita meninggalkan kita. Tidak semua tujuan dan maksud baikmu akan memampukanmu melawan kejahatan. Kamu harus menjadi pria dan wanita penuh doa. Segala permohonanmu harus tidak berhenti, (atau hanya) kadang-kadang dan resah,--tetapi tekunlah, tahan lama, dan selamanya. Tidak perlu untuk selalu sujud berlutut dalam doa. Kembangkan kebiasaan untuk berbicara dengan Juruselamat ketika kamu sendirian, ketika kamu berjalan, dan ketika kamu sibuk dengan pekerjaan setiap hari. Biarlah hati dalam kebisuan tidak putus-putusnya memohon pertolongan, terang, kekuatan, pengetahuan. Biarlah setiap hirupan nafas menjadi doa. The Ministry of Healing, 510, 511.
Jalan kepada takhta Allah selalu terbuka. Kamu tidak selalu dapat bertelut dalam doa, tapi permohonanmu yang diam-diam dengan tidak putus-putusnya dilayangkan kepada Allah untuk kekuatan dan bimbingan. Ketika dicobai, yang akan kamu lakukan, kamu dapat lari pada tempat rahasia Yang Maha Tinggi. Tangan-Nya yang kekal akan menopangmu. Biarlah kata-kata ini menghiburmu, “Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.” Wahyu 3:4. Counsels on Health, 362.
Doa yang Tulus Tidak Tergantung Tempat, Waktu dan Postur.
Tidak ada waktu dan tempat yang tidak layak untuk membuat permohonan kepada Allah. Tidak ada yang dapat mencegah kita untuk mengangkat hati kita dalam roh doa yang tulus. Di keramaian jalan, di tengah keterlibatan bisnis, kita dapat mengirim permohonan kepada Allah dan meminta bimbingan Ilahi, seperti Nehemiah ketika dia melakukan permintaan di hadapan raja Artahsasta. Kita harus selalu membuka pintu hati dan undangan dinaikkan agar Yesus dapat datang dan tinggal sebagai tamu surga dalam jiwa. Steps to Christ, 98, 99.
Kita harus berdoa dengan tidak berkeputusan, dengan kerendahan pikiran dan kelemah-lembutan dan roh kerendahan. Kita tidak perlu menunggu suatu kesempatan untuk berlutut di hadapan Allah. Kita dapat berdoa dan berbicara dengan Tuhan di mana saja kita berada. Selected Messages 3:266.
Kesimpulan
Tidak diragukan bahwa sikap ‘menghormati’ adalah sangat penting dalam melayangkan doa, tetapi seperti yang dapat kita lihat sendiri, Alkitab tidak menuliskan bahwa sikap berdoa harus dilakukan dalam suatu postur tubuh tertentu saja. Ny. White juga menasihatkan bahwa adalah baik untuk berlutut ketika di acara umum (dalam konteks acara kegerejaan tapi bukan acara umum lainnya) dan dalam ibadah pribadi, tetapi seperti Alkitab, beliau tidak pernah menjadikan “berlutut” sebagai suatu doktrin yang harus dilaksanakan di mana saja dan kapan saja seperti apa yang diajarkan oleh beberapa kelompok tertentu, yang pada dasarnya tidak mempelajari Alkitab dan Roh Nubuat dengan tuntas. Adalah baik untuk berlutut, terutama di acara-acara formal kegerejaan dan ketika kita mengajukan permohonan pribadi kepada Allah sebagai sikap hormat dan rendah hati, tetapi menjadikannya sebagai doktrin yang harus dilakukan adalah mengabaikan tulisan-tulisan Alkitab dan Roh Nubuat yang lain dan menempatkan kemauan manusia di atas kemauan Allah.
Referensi:
Alkitab: http://www.sabda.org/sabdaweb/versions/tb/
White Estate: https://m.egwwritings.org/en/book/87.1109#1109
Adventist Bible Research: https://adventistbiblicalresearch.org/materials/church/kneeling-prayer