Bab 6: Pelajaran Praktis Yang Penting/E.J. Waggoner
/Bab 6
Pelajaran Praktis Yang Penting
Oleh E. J. Waggoner
Bukanl sekedar teori yang bagus, atau hanya suatu dogma, bahwa kita harus memandang Kristus sebagai Allah dan Pencipta. Setiap doktrin Alkitab adalah untuk keuntungan praktis kita dan haruslah dipelajari untuk tujuan tersebut. Pertama-tama, marilah kita lihat apa kaitan yang ditopang oleh doktrin ini sehubungan dengan pokok perintah dari hukum Allah. Dalam Kejadian 2:1-3 kita dapati kata-kata ini mengakhiri penciptaan itu, “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.” Terjemahan Yahudi menggambarkan ayat ini lebih harafiah, berbunyi demikian, “Sebab langit dan bumi dan segala isinya telah selesai. Dan Allah telah selesaikan pekerjaan-Nya yang telah dibuat-Nya pada hari ketujuh,” dan seterusnya. Ini sama dengan ayat yang kita dapati dalam hukum keempat, Keluaran 20:8-11.
Di sini kita dapati sesuatu yang paling dasar/alamiah, bahwa Makhluk yang sama yang menciptakan, telah berhenti. Dia yang bekerja selama enam hari dalam menciptakan bumi, berhenti pada hari ketujuh dan memberkati dan menyucikannya. Tapi kita telah pelajari bahwa Allah Bapa menciptakan bumi melalui Anak-Nya Yesus Kristus dan bahwa Kristus menciptakan segala sesuatu yang ada. Oleh sebab itu kesimpulan adalah pasti bahwa Kristus berhenti pada hari ketujuh pada minggu pertama di akhir enam hari penciptaan dan bahwa Dia memberkati dan menyucikan hari itu. Dengan demikian hari ketujuh- hari Sabat-secara tegas adalah Hari Tuhan. Ketika Yesus berkata kepada orang-orang Farisi yang senang mencela, “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Matius 12:8), Dia menegaskan ke-Tuhanan-Nya atas hari yang sama yang mereka dengan teliti patuhi dalam bentuk, dan Dia melakukan hal ini dengan kata-kata yang menunjukkan bahwa Dia memandang hal itu sebagai lencana otoritas, mendemonstrasikan fakta bahwa Dia lebih besar daripada kaabah mereka. Dengan demikian hari ketujuh adalah penetapan Ilahi untuk memperingati penciptaan itu. Hari itu adalah yang paling dihormati daripada hari-hari lain, sebab misi khususnya adalah untuk mengingatkan dalam pikiran kita kuasa penciptaan Allah, yang adalah satu-satunya bukti bagi manusia akan Ke-Ilahian-Nya. Dan juga ketika Kristus berkata bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat, Dia menegaskan suatu keistimewaan yang tinggi – tidak lain sebagai Pencipta, yang ke-Ilahian-Nya ditandai oleh hari itu sebagai peringatan.
Apa yang harus kita katakan kepada anjuran yang sering dibuat, bahwa Kristus mengganti hari Sabat dari suatu hari yang mengingatkan penyelesaian penciptaan kepada sesuatu yang tak ada keistimewaan sama sekali? Sederhana sekali. Bagi Kristus, untuk mengganti atau meniadakan hari Sabat, sama dengan merusak apa yang memperingatkan dalam pikiran kita tentang ke-Ilahian-Nya. Jika Kristus telah meniadakan hari Sabat, berarti Dia meniadakan pekerjaan tangan-Nya sendiri dan dengan demikian Dia bekerja melawan diri sendiri, dan suatu kerajaan yang terpecah-pecah, tidak dapat bertahan. Tapi Kristus “tidak bisa menyangkal diri-Nya sendiri,” oleh sebab itu Dia tidak merubah satu titikpun akan apa yang telah Dia sendiri tetapkan, yang menyaksikan tentang ke-Ilahian-Nya, yang menunjukkan bahwa Dia patut disembah di atas segala allah orang kafir. Hal ini akan merupakan sesuatu yang tidak mungkin bagi Kristus untuk mengganti hari Sabat, sebab itu berarti mengganti kenyataan bahwa Dia menciptakan segala sesuatu dalam enam hari dan berhenti pada hari ketujuh.
Sekali lagi, pernyataan yang sering diulang-ulang, bahwa Tuhan adalah Pencipta itu, adalah hal yang dimaksudkan sebagai sumber kekuatan. Perhatikan bagaimana penciptaan dan penebusan erat berhubungan dalam pasal pertama buku Kolose. Untuk mengerti poinnya secara penuh, kami akan membaca ayat 9-19: “Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.”
Bukan suatu kebetulan bahwa pernyataan yang indah tentang Kristus sebagai Pencipta berhubungan erat dengan kalimat bahwa di dalam Dia kita memiliki penebusan. Tidak. Ketika rasul itu menyampaikan maksudnya bahwa kita “dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya.” Dia memberitahukan pada kita apa kuasa kemuliaan itu. Ketika dia memberitahukan pada kita tentang kelepasan dari kuasa kegelapan, dia membiarkan kita tahu tentang kuasa dari Pemberi itu sebagai penghibur kita maka kita diberi tahu bahwa kepala dari gereja adalah Pencipta dari segala sesuatu itu. Kita diberi tahu bahwa Dia menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan (Ibrani 13). Agar kita dapat yakin pada jaminan bahwa:
“Tangan yang menopang alam semesta akan menjaga anak-anak-Nya dengan baik.”
Perhatikan hubungan ini dalam Yesaya 40:27-28. Pasal ini menggambarkan kebijakan dan kuasa yang indah dari Kristus, dalam menyebut semua tentara alam semesta dengan nama mereka masing-masing dan menempatkan mereka pada posisi masing-masing, oleh kebesaran kemuliaa-Nya dan kekuatan kuasa-Nya, dan bertanya, “Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.” Sebaliknya, “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” Kuasanya adalah kesanggupan untuk menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada; sebab itu, Dia dapat membuat keajaiban untuk mereka yang lelah. Dia dapat memberi kekuatan dari kelemahan. Tentu saja segala sesuatu yang dapat mengingatkan pikiran kita tentang kuasa mencipta dari Kristus, memberi kecondongan untuk memperbarui kekuatan dan keberanian kerohanian kita.
Inilah tujuan hari Sabat. Bacalah Mazmur 92 yang berjudul Mazmur Hari Sabat. Empat ayat pertama berbunyi: “Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi, untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam, dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai.”
Apa hubungannya dengan hari Sabat? Inilah hubungannya: Hari Sabat adalah peringatan penciptaan. Kata Tuhan: “Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka.” Yehezkiel 20:12. Pemazmur juga menyucikan hari Sabat sebagaimana Allah merancangnya untuk disucikan – dengan merenungkan penciptaan dan kuasa menakjubkan dan kebaikan Allah yang ditunjukkan di dalamnya. Dan kemudian, sementara merenungkan penciptaan, dia menyadari bahwa Allah yang memberi pakaian kepada bunga-bunga lily dengan kemuliaan yang melebihi kemuliaan Salomo begitu peduli lagi akan makhluk-makhluk cerdas ciptaannya, dan ketika dia menatap ke atas langit yang menunjukkan kuasa dan kemuliaan Allah, dan menyadari bahwa semuanya diciptakan dari yang tidak ada, suatu pemikiran tumbuh bahwa kuasa yang sama itu akan bekerja dalamnya untuk melepaskannya dari kelemahan kemanusiaannya. Sebab itu dia gembira, dan menang di dalam pekerjaan tangan Allah. Pengetahuan akan kuasa Allah yang datang padanya melalui suatu renungan tentang penciptaan, memenuhinya dengan keberanian, saat dia menyadari bahwa kuasa yang sama siap sedia membantunya, dan menggenggam kuasa itu dalam iman, dia mendapat kemenangan dalamnya. Inilah tujuan dari hari Sabat; untuk membawa manusia kepada pengetahuan keselamatan tentang Allah.
Ringkasnya, argumentasinya adalah:
1. Iman pada Allah dilahirkan oleh pengetahuan akan kuasa-Nya; Tidak percaya pada-Nya menunjukkan ketidakpedulian akan kemampuan-Nya untuk menepati janji-janji-Nya; iman kita dalam Dia harus berada di dalam proporsi pengetahuan kita yang sebenarnya tenang kuasa-Nya.
2. Merenungkan dengan bijak tentang penciptaan Allah memberi kita konsep yang sesungguhnya akan kuasa-Nya, sebab kuasa kekal dan ke-Ilahian-Nya dapat dimengerti dalam segala sesuatu yang telah dibuat-Nya. Roma 1:20.
3. Imanlah yang memberi kemenangan (1 Yohanes 5:4); dengan demikian, sebab iman datang melalui mempelajari akan kuasa Allah dari Firman-Nya dan dari segala ciptaan-Nya, kita mendapat keberhasilan atau kemenangan melalui pekerjaan tangan-Nya. Hari Sabat, yang merupakan peringatan akan penciptaan, akan dipatuhi dengan benar, sebagai sumber kekuatan orang-orang Kristen dalam medan perang.
Inilah pentingnya Yehezkiel 20:12. “Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka.” Yaitu, mengetahui bahwa penyucian kita adalah kehendak Allah (1 Tesalonika 4;3, 5:23-24), kita dapati, arti hari Sabat yang digunakan dengan benar, adalah kuasa Allah yang diberikan untuk menguduskan kita. Kuasa yang sama yang dikerahkan untuk menciptakan seluruh dunia akan dikerahkan untuk menguduskan mereka yang menyerahkan diri mereka kepada kehendak Allah. Tentu saja pemikiran ini, jika dimengerti sepenuhnya, akan pasti membawa kegembiraan dan penghiburan bagi jiwa yang tekun dalam Allah. Dalam pengertian ini, kita dapat menghargai kekuatan ayat Yesaya 58:13-14.
“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.”
Tentu saja, jika hari Sabat dipatuhi sesuai dengan kehendak Allah, sebagai suatu peringatan akan kuasa cipta-Nya, yang membawa ke dalam pikiran kita kuasa Ilahi yang telah dikerahkan untuk keselamatan umat-umat-Nya, jiwa, menang di dalam pekerjaan tangan-Nya, akan bersuka-cita dalam Tuhan. Jadi hari Sabat adalah titik tumpuan terutama sebagai pengangkat iman, yang mengangkat jiwa pada ketinggian takhta Allah, untuk mengadakan persekutuan dengan-Nya.
Secara singkat dapat diringkas sebagai berikut: Kuasa kekal dan ke-Ilahian Tuhan dinyatakan dalam penciptaan. Roma 1:20. Kemampuan untuk mencipta itulah yang menentukan kuasa Allah. Tapi Injil adalah kuasa Allah yang menuntun pada keselamatan. Roma 1:16. Sebab itu Injil hanya menunjukkan pada kita kuasa yang digunakan untuk membawa semua dunia menjadi ada, dan diberikan untuk keselamatan manusia. Kuasa yang samalah yang digunakan masing-masing kasus ini.
Dalam naungan terang yang besar ini, tak ada tempat untuk pertentangan akan apakah penebusan lebih besar dari penciptaan, sebab penebusan adalah penciptaan. Lihat 2 Korintus 5:17; Efesus 4:24. Kuasa penebusan adalah kuasa penciptaan; kuasa Allah untuk keselamatan adalah kuasa yang dapat mengambil kehampaan manusia dan menjadikannya seperti yang seharusnya sepanjang masa kekekalan untuk kepujian kemuliaan dari kemurahan Allah. “Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.” 1 Petrus 4:19.
Diterjemahkan oleh Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org